Dallas Buyers Club: Jatuh Bangun si Koboy untuk Bertahan Hidup dari AIDS

Jakarta, Lain kisah Andrew Beckett, lain pula kisah Ron Woodroof. Koboy ini pekerjaannya tak jauh-jauh dari judi rodeo, pesta seks dengan pelacur dan mengonsumsi narkoba. Suatu ketika ia dikejar oleh orang-orang yang kalah taruhan. Agar bisa kabur, ia meminta seorang polisi kenalannya untuk membantunya.

Karena menolak, Ron pun meninjunya agar tertangkap. Cara ini berhasil menghalau orang-orang yang mengejarnya, dan sang polisi akhirnya melepaskannya, bahkan mengantarnya pulang. Keluar dari mobil polisi, Ron sempoyongan. Dan begitu masuk ke rumah trailernya, ia jatuh pingsan hingga terbangun sendiri di malam hari.

Rupanya selain menjadi bandar judi rodeo, Ron punya pekerjaan tetap sebagai seorang tukang listrik di sebuah pabrik. Suatu ketika ia diminta membantu mengatasi sebuah insiden kecelakaan di pabrik tersebut. Tanpa alat pengaman, ia berupaya mematikan aliran listrik untuk mesin yang memicu insiden, dan ternyata trafonya 'menyala' hingga Ron terpental lalu berakhir di rumah sakit.

Dikira hanya luka biasa, Ron sempat bingung ketika didatangi seorang dokter dan asistennya. Namanya Dr David. Ia menjelaskan bahwa ada yang tidak biasa pada hasil tes darah Ron, bahkan mereka sampai mengulanginya beberapa kali untuk memastikan hal itu. Dari hasil tes darah itu dipastikan bahwa Ron positif memiliki HIV dalam tubuhnya.

Perlu diketahui bahwa setting film itu diambil pada tahun 1980-an di mana AIDS masih menjadi penyakit yang belum dipahami banyak orang, bahkan kalangan medis sekalipun. Stigma yang melingkupi pengidap AIDS juga masih sangat buruk saat itu karena identik dengan homoseksual. Mendengar diagnosis dokter, Ron yang maskulin meski bertubuh kurus kering itu tak terima, apalagi David bertanya apakah ia menggunakan narkoba suntik atau terlibat dalam aktivitas homoseksual sehingga mengakibatkan munculnya penyakit ini.

Ron pun marah besar mendengar pertanyaan itu, seolah-olah sang dokter menuding dirinya adalah kaum gay yang membuatnya jijik.

Tak hanya itu, David juga menambahkan, jika dari hasil pemeriksaan yang mereka miliki, sel T (sel-sel sistem imun atau kekebalan tubuh) Ron hanya tinggal 9, di mana normalnya sel T di tubuh seseorang yang sehat berkisar antara 500-1.500 buah. Ia bahkan mengaku kagum melihat Ron masih bisa bertahan hidup dengan sel T serendah itu. Dengan sel T serendah itu, ia juga memprediksi bahwa umur Ron tinggal 30 hari saja.

Ron lantas berlalu pergi dan berkata, "Tak ada yang bisa membunuh Ron Woodroof dalam 30 hari", sembari membuang selebaran-selebaran tentang HIV/AIDS yang diberikan asisten David di hadapan mereka.

Apa yang dilakukan Ron selanjutnya? Akankah ia membiarkan dirinya mati sia-sia atau berjuang untuk bertahan hidup?

Hari Pertama Pasca Diagnosis

Hari pertama Ron pasca diagnosis berlalu dengan pesta narkoba dan minum-minum. Meski tengah bersama pelacur, ia terlalu teler untuk berhubungan seks. Namun begitu pesta usai, ia sempat mengutarakan kepada sahabatnya bahwa dokter mengatakan ia memiliki HIV tetapi ia tak mau percaya sepenuhnya dan menertawakannya. Keduanya mengaku tak pernah percaya pada dokter.

Ternyata di balik itu, Ron memendam kekhawatiran. Terbukti, keesokan harinya ia mendatangi perpustakaan dan mencari-cari informasi tentang HIV, seperti dari buku dan majalah. Dari sebuah jurnal, Ron akhirnya tahu bahwa mereka yang berisiko terinfeksi HIV bukan hanya homoseksual maupun biseksual, tetapi juga mereka yang melakukan seks tanpa pengaman. Seketika itu juga Ron langsung ingat dengan kebiasaannya bercinta dengan pelacur. Dari wajahnya terlihat pria ini terpukul. Sambil menggebrak meja perpustakaan, ia meneriakkan 'Fuck'.

Di sisi lain, rumah sakit tempat Ron didiagnosis ditawari untuk menjadi lokasi percobaan obat terobosan baru untuk pasien HIV, yaitu Azidothymidine (AZT). Obat ini awalnya digunakan untuk pengobatan kanker, tetapi ketika diujicobakan pada hewan obat ini mampu memberikan efek yang lebih baik terhadap HIV dibanding obat lainnya.

Kedua dokter yang menangani Ron pun meragukan efektivitas obat ini. Sayangnya, perusahaan farmasi yang mengembangkan AZT telah mengantongi izin dari FDA agar AZT dapat diujicobakan pada manusia, dengan membandingkan antara pasien yang diberi AZT dan plasebo. Bisa dibilang AZT adalah obat untuk pasien HIV paling mutakhir saat itu.

Hal ini pulalah yang kemudian mendorong Ron kembali ke rumah sakit itu dan menemui David. Namun ia hanya bisa bertemu dengan asisten David yang ternyata juga seorang dokter bernama Eve. Kepada Eve, ia langsung mengutarakan keinginannya untuk membeli AZT. Eve tentu tidak bisa memberikannya begitu saja karena teorinya, obat itu masih dalam tahap percobaan. Percobaan rencananya akan digelar selama setahun, dan obat maupun plasebonya diberikan secara acak kepada pasien. Itupun Ron belum tentu dianggap fit untuk dijadikan peserta percobaan.

Ia lalu mengeluarkan secarik kertas berisi informasi tentang beberapa jenis obat anti-HIV yang digunakan di sejumlah negara seperti Dextran Sulfate (Jerman); DDC (Prancis) atau AL721 (Israel), dan menanyakan dimana ia bisa mendapatkan obat-obatan itu. Eve hanya bisa memandang Ron dengan wajah iba, sebab obat-obat itu belum disetujui oleh FDA untuk masuk ke AS. Eve hanya bisa mengarahkannya untuk datang ke pertemuan dengan kelompok pendukung, tetapi Ron menegaskan ia sekarat, sehingga mustahil baginya untuk menunggu.

Ron lagi-lagi dibuat kecewa karena teman-temannya mulai meledek dan menjauhinya. Dalam keputusasaannya, ia pun berdoa dan meminta diberi petunjuk jika ada harapan untuknya.

Hingga suatu ketika Ron tak sengaja bertemu dengan salah seorang petugas kebersihan di rumah sakit tempatnya didiagnosis. Pria berwajah Latin ini nampaknya berkenan membantu Ron untuk mencuri AZT dengan imbalan sejumlah uang. Rutinitas ini berlangsung selama beberapa waktu, dan Ron meminum AZT yang didapatkannya secara membabi-buta.

Tetapi Ron tidak memperlihatkan tanda-tanda membaik. Tubuhnya malah semakin kurus. Hingga akhirnya di hari ke-28, ia bertemu lagi dengan si petugas kebersihan untuk mendapatkan AZT yang dibutuhkannya, tetapi ia hanya mengatakan tak ada lagi AZT untuk Ron. Sebagai imbalannya, si petugas kebersihan memberi Ron alamat seorang dokter di Meksiko yang diklaim memiliki obat yang sama dan diminta mendatangi dokter tersebut.

Ron yang tak terima sempat mencoba meninju si petugas kebersihan tetapi malah terhuyung dan jatuh pingsan di belakang rumah sakit. Untung ia dibawa masuk dan ditolong Eve. Ron tersadar setelah mendapatkan transfusi darah. Ia lantas ditanya darimana asal jejak AZT yang ada dalam tubuhnya, tetapi Ron ogah menjawab. Di situlah ia bertemu Rayon, seorang transgender yang kebetulan sekamar dengannya. Rayon merupakan salah satu pasien yang ambil bagian dalam percobaan AZT. Hanya saja karena Ron begitu jijik pada kaum gay, ia enggan berinteraksi dengan Rayon, apalagi setelah Ron kalah main kartu dari Rayon.

Namun Rayon bersikap baik kepadanya. Saat itu Ron mengalami kram otot karena kurang minum, Rayon langsung sigap memberinya pijatan. Tak tahan dengan Rayon dan tak rela hanya diberi infus di rumah sakit, Ron memutuskan keluar dari rumah sakit. Sebagai seorang koboi, ia lebih baik mati ala koboi daripada membiarkan dirinya terbaring di rumah sakit.

Ron memutuskan pulang ke rumah trailernya, tetapi rumah itu telah terkunci. Ia pun membuka paksa dengan senapan, lalu mengumpulkan uang yang tercecer di rumahnya dan bertolak ke Meksiko.

Ada apa di Meksiko? Nampaknya dari sinilah petualangan Ron dimulai.

Memulai 'Dallas Buyers Club'

Dengan berbekal alamat dari si petugas kebersihan, ia mendatangi klinik si dokter yang bernama Vass. Tempat yang didatanginya tak mirip klinik, tapi rumah yang diubah menjadi semacam rumah sakit. Ron langsung meminta AZT tetapi Dr Vass mengaku tak memilikinya. Ia lalu terbatuk dan Vass meminta perawat untuk mengurusnya. Sang dokter yang berpenampilan gondrong lalu memeriksa apa saja yang ada di tubuh Ron seperti metamphetamine, kokain dan AZT.

Ron sempat mengaku tak percaya jika yang didatanginya adalah tempat praktik dokter. Rupanya ijin praktik Vass telah dicabut, namun karena keadaan, ia tetap membantu mereka yang membutuhkan dengan menyulap rumahnya sendiri menjadi semacam klinik. Ron lantas dijelaskan bahwa obat-obatan seperti kokain dan AZT justru merusak sistem kekebalannya. Ia lantas hanya diberi regimen vitamin, zinc, dan asam amino esensial untuk mengembalikan kekebalannya.

Benar saja, tiga bulan kemudian Ron membaik dan sel-sel T-nya bertambah, meski ia kadung dinyatakan mengidap AIDS, dan dalam kasus Ron yang menonjol adalah pneumonia kronis. Ternyata Ron selama ini diberi DDC yang berfungsi sebagai antiviral tetapi tidak 'seberacun' AZT dan juga protein bernama Peptide T. Studi menunjukkan keduanya membantu orang-orang dengan penyakit HIV/AIDS, tetapi tidak bisa diperoleh di AS karena FDA. Di situlah muncul ide Ron untuk menyelundurkan obat-obatan tersebut, dan tak disangka Vass menyetujuinya.

Vass hanya berpesan jika ketahuan, jangan sampai Ron mengaku sebagai pasien AIDS. Masuk perbatasan AS, ia pun menyamar sebagai pendeta. Ron akhirnya ketahuan membawa 3.000 pil dalam bagasinya. Saat diwawancarai petugas dari FDA, ia mengaku menderita kanker dan harus minum 33 pil sehari. Pil-pil yang dibawanya tak lain adalah vitamin dan serum berisi protein yang dibutuhkannya untuk 90 hari. Sang petugas akhirnya melepaskannya sembari mengingatkan bahwa hukuman untuk penyelundupan obat ilegal adalah sangat berat. Ron menjelaskan, toh itu bukan obat ilegal, tetapi belum disetujui untuk diperjualbelikan di AS.

Mulailah Ron bergerilya, mendatangi komunitas dan klab malam khusus kaum gay dan kelompok-kelompok pendukung AIDS di sejumlah rumah sakit. Awalnya tak banyak yang tertarik dengan penawarannya, tetapi lama-lama ia pun meraup untung dari obat-obat tersebut. Di rumah sakit, hampir semua pasien yang menjalani percobaan AZT justru memburuk. Eve lantas mempertanyakan keamanan obat itu kepada David tetapi percobaan kadung dihentikan dan diklaim berhasil.

Tak tahunya Ron bertemu lagi dengan Rayon. Pria ini mengaku ia dan teman-temannya membutuhkan obat-obatan yang dijual Ron. Mereka lantas bekerjasama, Rayon bertugas mencarikan pelanggan dengan imbalan 25 persen dari keuntungan. Gara-gara Rayon juga, Ron akhirnya mencicipi klab gay dan harus menahan diri melihat begitu banyak homoseksual di sana. Namun tak sia-sia, karena ia memang memperoleh keuntungan dari sana.

Rayon dan Ron akhirnya 'menetap' dan membuka dua kamar motel yang dijadikan kantor penjualan mereka. Bahkan mereka membayar pengacara untuk mendapatkan surat izin resmi. Metode penjualan pun diubah oleh Ron, yaitu dengan menjual keanggotaan. Dengan membayar 400 dollar AS, pembeli bisa mendapatkan obat apapun yang mereka inginkan untuk suplai selama sebulan. Ron pun menyebut usahanya sebagai Dallas Buyers Club.

Bila sepakat, tiap pelanggan akan diminta menandatangani surat perjanjian karena Ron tidak bertanggung jawab pada efek apapun yang bisa muncul dari konsumsi obat-obatannya. Ron juga berpesan kepada pelanggannya untuk berhenti mengonsumsi narkoba dan makan makanan yang menyehatkan. Ron sendiri mulai berhenti merokok dan mengonsumsi makanan sehat. Ia bahkan memarahi Rayon ketika melihatnya 'high'.

Klab yang didirikan Ron terus berkembang, dan anggotanya semakin banyak. Tetapi akankah hanya berhenti sampai di situ saja?

Memperjuangkan obat-obatan untuk ODHA

Untuk mengembangkan usahanya, Ron mencoba menghubungi sebuah perusahaan di Jepang yang menyediakan Interferon, salah satu jenis obat anti-HIV lain. Ia bahkan datang langsung ke Jepang. Tetapi sesampainya di sana, ternyata Interferon tidak lagi diekspor ke AS. Namun peneliti yang ditemui Ron memberikan petunjuk bahwa obat itu hanya dapat dibeli oleh dokter Jepang.

Ron lantas membayar seorang dokter Jepang untuk membeli 2.000 vial Interferon. Setelah berhasil, si dokter berpesan bahwa obat ini sangat kuat. Benar saja, begitu mendarat, Ron langsung mencobanya dan tubuhnya ambruk begitu saja di toilet bandara akibat serangan jantung. Ron dilarikan ke rumah sakit, dan begitu David mengetahui apa yang memicu Ron sehingga mengalami serangan jantung, David langsung memanggil petugas dari FDA.

Vial-vial yang dibelinya disita, tetapi Ron tak gentar, sebab ia bisa bertahan hidup dengan obat-obatan, tidak seperti prediksi David yang memvonis umurnya tinggal 30 hari saja.

Eve akhirnya menemukan alamat terbaru Ron. Awalnya ia begitu kaget melihat apa yang dilakukan Ron saat ini, apalagi mengetahui bahwa sebagian besar pelanggan Ron adalah pasiennya. Namun dari informasi yang dikumpulkannya, pasien-pasiennya mulai mengalami penurunan gejala dengan obat yang dijual Ron dan ia pun bersahabat baik dengan Ron. Hanya saja David kurang sepakat karena obat-obatan itu belum teruji secara klinis.

Sayang Interferon yang disita FDA tak dapat ditebus meski diotorisasi oleh dokter. Ron kemudian bepergian ke negara lain untuk mencari obat-obatan itu, mulai dari Belanda, China hingga Israel. Tetapi cobaan datang bertubi-tubi. Dimulai dari kedatangan IRS yang tiba-tiba saja mengaudit pendapatan Ron. Beberapa saat kemudian, FDA merangsek masuk bersama polisi tetapi hanya bisa memberinya denda. Tak terima, Ron menghubungi pengacaranya untuk menuntut FDA.

Beberapa saat kemudian, FDA mengeluarkan peraturan baru yang intinya bahwa tiap orang hanya bisa mendapatkan obat setelah diberi resep oleh dokter, dan itu berarti bisnis Ron ilegal. Keuangannya menjadi seret, namun Ron berusaha survive, dengan mencari anggota baru dari kelompok pendukung.

Rayon berusaha mencarikan dana untuk Ron dengan meminta bantuan ayahnya, tetapi ia mengaku menjual asuransinya. Ron berterima kasih untuk ini, dan ia pun melanjutkan usahanya. Ia kembali ke Meksiko untuk membeli lebih banyak Peptide T, namun ia kecewa karena sekembalinya dari Meksiko, Rayon meninggal dunia.

Sejak saat itu, ia lebih memperhatikan pelanggannya, terutama kaum gay dan transgender karena rasa bersalahnya kepada Rayon. Ia tak lagi mengejar keuntungan karena yang terpenting baginya adalah mendapatkan obat-obatan, utamanya Peptide T, untuk mereka. Ron bahkan sampai menuntut FDA karena berusaha memperjuangkan obat itu. Pada akhirnya obat itu hanya boleh dipergunakan sendiri oleh Ron hingga menghembuskan napas terakhirnya.

Film ini memang diangkat dari sebuah kisah nyata. Ron yang sebenarnya akhirnya meninggal dunia di tahun 1992, atau 10 tahun setelah diagnosis dokter.(lll/vit)

Related Posts :

0 Response to "Dallas Buyers Club: Jatuh Bangun si Koboy untuk Bertahan Hidup dari AIDS"

Posting Komentar