500.000 Lansia di China Hilang Tiap Tahun Karena Alzheimer dan Demensia

Jakarta, Bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia di China menimbulkan kekhawatiran. Sebabnya, belum banyak perhatian yang diberikan terkait kesehatan dan kesejahteraan penduduk lansia.

Laporan terbaru dari Ministry of Civil Affairs, lembaga sosial Zhongmin Assistance Institute melaporkan ada sekitar 1.300 lansia berusia di atas 65 tahun hilang di China setiap hari. Jika ditotal, kurang lebih ada 500.000 lansia yang hilang setiap tahunnya.

"Ini angka yang besar dan sudah menjadi isu sosial yang tak bisa lagi kami hiraukan," tutur Wang Zhikun dari Zhongmin Assistance Institute, dikutip dari CNN.

Baca juga: Pulang dari Jelajah Luar Angkasa, Astronot Bisa Alami Demensia Kronis

Dalam laporan tersebut, diketahui 25 persen lansia yang hilang mengidap alzheimer dan demensia. Sementara 72 persen lainnya mengalami gangguan fungsi memori otak (pikun) yang merupakan gejala awal demensia dan alzheimer.

"Mereka yang mengalami gangguan memori akan sulit mengingat alamat dan lokasi, sehingga menyebabkan mudah tersesat dan hilang," ungkap Wang lagi.

Membludaknya penduduk lansia di China merupakan imbas dari kebijakan satu anak per keluarga. Meskipun kebijakan tersebut sudah dicabut, namun demografi Negeri Tirai Bambu tersebut sudah berbentuk piramida terbalik, dengan jumlah lansia 114 juta.

Data dari pemerintah China juga menyebut ada 90 juta orang yang akan menjadi lansia dalam waktu 10 tahun ke depan. Pada tahun 2030, diperkirakan ada 400 juta lansia di China, menjadikannya negara dengan populasi orang tua terbanyak di dunia.

Di Indonesia, sekitar 1,2 juta penduduk diketahui mengalami demensia. Demensia sendiri berbeda dengan lupa, di mana demensia menandakan adanya kerusakan dalam sistem memori otak. Direktur Eksekutif Alzheimer's Indonesia (ALZI) Dian Purnomo menjelaskan contoh apa saja yang patut diwaspadai sebagai gejala awal misalnya saja mulai sering lupa. Ada perbedaan antara lupanya orang biasa dengan lupa orang demensia.

"Kalau lupa ciri-cirinya 'oh saya taruh apa di mana' nanti masih bisa ingat lagi itu bukan alzheimer. Tapi kalau dia umpamanya mau mampir ke kantor pos kirim sesuatu, sampai rumah dilihat suratnya masih ada terus mikir 'hah ini kenapa ya ada di tas?' Benar-benar susah mengumpulkan memori lagi itu tandanya kita sudah perlu ke dokter," lanjut Dian.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Agar Terhindar dari Pikun

(mrs/up)

Related Posts :

0 Response to "500.000 Lansia di China Hilang Tiap Tahun Karena Alzheimer dan Demensia"

Posting Komentar