Cerita Ayah Ibu Lakukan Skin to Skin Contact 24 Jam Nonstop dengan Bayinya

Jakarta, Saat lahir pada 17 Februari 2015 lalu, Nayla Hani Assegaf (1) mengalami asfiksia di mana napasnya cepat dan memburu. Selain itu, dia juga mengalami infeksi.

Nah, untuk membantu memulihkan kondisinya, dokter memberi dua pilihan: Nayla dimasukkan ke Neonatal Intensive Care Unit (NICU) atau orang tuanya melakukan skin to skin contact 24 jam nonstop dengan si bayi.

Orang tua Nayla, Housniati (38) atau dikenal juga dengan nama Nia Umar, dan Muhamad Hani Syarief (38) pun memilih melakukan skin to skin contact dengan Nayla. Sejak pukul 08.00 setelah Nayla lahir sampai pukul 20.00, skin to skin contact dilakukan oleh Nia yang saat itu hanya bisa berbaring pasca operasi caesar.

Alasan Nia lebih memilih skin to skin contact karena dari apa yang ia pelajari, skin to skin contact bisa membuat bayi lebih tenang. Nia pun yakin akan hal itu. Selain itu, saran dari dokter pun ikut menjadi bahan pertimbangan ibu tiga anak ini.

"Memang obat bius masih ada, rasa sakit sih nggak ada. Selama skin to skin saya juga bisa ngobrol, tenang karena kan saya sama bayi saya. Itu bikin saya nyaman," kata wanita yang juga wakil ketua umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) ini saat berbincang dengan detikHealth.

Nia mengatakan sebenarnya ia berencana melahirkan normal tapi terpaksa operasi caesar mesti dijalani karena usia kandungannya saat itu sudah mencapai 42 minggu. Perasaan sedih dirasakan Nia karena tak bisa melahirkan normal. Namun, dengan melakukan skin to skin contact, Nia merasa sangat happy.

Baca juga: Skin to Skin Contact Ibu dan Bayi Penting untuk Keberhasilan Proses Menyusui

"Saya cuma berbaring aja dengan telanjang di bagian dada, terus Nayla cuma pakai popok aja. Dia ditaro di dada saya dan ditutupi semacam selimut gitu. Dengan skin to skin ini kan Nayla juga bisa nyusu. Pokoknya bikin saya sama dia dekat banget," tambah Nia.

Setelah pukul 20.00, giliran Hani yang melakukan skin to skin contact. Nayla yang hanya menggunakan popok diletakkan di dada Hani dengan diikat menggunakan kain jarit. Hani pun memakai semacam kimono dan meski melakukan skin to skin contact dengan Nayla, ia masih bisa melakukan aktivitas lain seperti makan.

Selama itu, jika memang Nayla ingin menyusu, maka Hani akan memberikan Nayla kepada Nia. Begitupun jika Hani hendak mandi atau ke kamar mandi misalnya, Nayla akan diberikan kepada Nia sementara. Selama 24 jam lebih, Nia dan Hani sudah menjalani skin to skin contact dengan Nayla nonstop. Keesokan harinya, kondis Nayla pun membaik.

dr Asti Praborini, SpA, IBCLC yang juga merawat Nayla saat itu mengatakan selain mengalami asfiksia di mana napasnya cepat dan memburu, ada infeksi yang juga dialami bayi Nayla. Nilai apgar Nayla juga rendah. Saat itu, ketuban Nia dikatakan dr Asti sudah berwarna hijau.

Selama menjalani skin to skin contact, Nayla tetap diberi antibiotik untuk mengatasi infeksinya. dr Asti mengatakan, setelah skin to skin contact 24 jam nonstop dilakukan, kondisi Nayla berangsur membaik. Napasnya berangsur normal, infeksinya juga berangsur-angsur selesai.

"Skin to skin contact pada prinsipnya bisa membuat bayi merasa aman, jarang nangis dan buat ibu, menyusuinya jadi sering. Bayi merasa hangat, sama kayak kalau ditaruh di inkubator. Cuma ini inkubatornya, si bayi bisa kita usap, belai, diajak nyanyi, kalau pas sama ibu ya bisa disusui bayinya. Lebih menenangkan bagi bayi," tutur dr Asti.

"Skin to skin contact pastinya juga lebih murah untuk negara berkembang seperti negara kita karena sangat efektif. Tapi ketika orang tua melakukannya memang harus ngerti banget dan percaya ya," kata dr Asti.

Baca juga: Hendak Lakukan Skin to Skin Contact untuk Turunkan Demam Anak? Begini Caranya

Cerita Ayah Ibu Lakukan <i>Skin to Skin Contact</i> 24 Jam Nonstop dengan BayinyaNia bersama Hani dan ketiga anaknya, Najla, Nabil, dan Nayla (paling kecil). Foto: dok.pribadi

(rdn/vit)

Related Posts :

0 Response to "Cerita Ayah Ibu Lakukan Skin to Skin Contact 24 Jam Nonstop dengan Bayinya"

Posting Komentar