Diungkapkan dr AAA Agung Kusumawardhani SpKJ(K), burnout adalah kelelahan emosional dan fisik yang kemudian bisa berdampak pada bagaimana interaksi orang yang bersangkutan ke orang lain.
"Burnout banyak faktor yang memengaruhi. Termasuk beban pekerjaan, hubungan interpersonal, tapi dikatakan juga salah satunya culture. Dikatakan kalau lain-lainnya bagus, beban kerja nggak bermasalah tapi kalau culture-nya nggak bagus itu bisa sebabkan burnout," tutur dr Agung ditemui di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2016).
Untuk melihat hubungan culture di tempat kerja dan burnout yang dialami pekerja, dr Agung dan tim melakukan penelitian terhadap 105 dokter yang menjadi kepala departemen dan koordinator di RS Cipto Mangunkusumo. Ia mengatakan, responden dipilih dengan kriteria seperti itu karena tidak hanya bekerja sebagai dokter yang memberi pelayanan pada customer dan pendidikan bagi mahasiswa, tapi juga punya tugas manajerial.
Dari penelitiannya, dr Agung dan tim mengetahui bahwa budaya organisasi sehari-hari, dalam hal ini RSCM, yang dirasakan responden bersifat market culture. Artinya, kata dr Agung, pimpinan memberi pressure untuk orientasi target. Jadi, apapun harus tercapai.
"Dan memang itu berisiko menyebabkan burnout apabila personal accomplishment nggak diperhatikan. Kalau nggak ada personal accomplishment, makin banyak responden yang burnout. Akibatnya, mengganggu prestasi dan hasil kerjanya, tidak hanya ke pelayanan pada pasien, pendidikan untuk mahasiswa juga terdampak," kata dr Agung.
Baca juga: Siapa Bilang di Kantor Tidak Bisa Olahraga? Tonton Saja Video Ini
Ketika burnout terjadi pada dokter, dr Agung menyebutkan, mereka tidak akan optimal dalam menangani pasien. Akibat dari burnout sendiri di antaranya seseorang jadi gampang marah, reaksi kepada orang lain buruk, dan merasa harga dirinya rendah.
"Untuk studi ini penting diketahui bahwa ada intervensi burnout, salah satunya dengan adanya personal accomplishment, berupa pemberian penghargaan juga pemberian kepuasan hasil kerja karyawan," kata dr Agung.
Ia menegaskan, burnout bisa dialami siapa saja di lingkungan pekerjaan. Meskipun, disebutkan pula orang yang lebih berisiko mengalami burnout adalah orang yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan customer atau orang yang berada di struktural manajerial.
Baca juga: Begini Olahraga di Kantor Ala Lala Karmela, Kalau Versi Kamu Seperti Apa?(rdn/up)
0 Response to "Lelah Fisik dan Psikis Pekerja Berkaitan dengan Budaya di Lingkungan Kerja"
Posting Komentar