Tak Seperti Kantor, Begini Asrinya Institut Riset di Shanghai

Shanghai, Novartis dikenal sebagai salah satu perusahaan farmasi terkemuka di dunia. Setelah Basel dan Boston, mereka juga membangun fasilitas riset di Pudong, kawasan berkembang di kota Shanghai.

Baru-baru ini detikHealth mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke fasilitas yang lebih pas disebut sebagai kampus tersebut. Tampak depan, fasilitas ini tak ubahnya perkantoran biasa. Namun begitu masuk, suasana yang terasa menjadi berubah, dari perkantoran menjadi lebih mirip kampus.

Hanya saja kebetulan di gedung pertama yang dikunjungi detikHealth, barulah terasa suasana seperti laboratorium. Rupanya gedung ini memang laboratorium betulan, bahkan disinilah letak salah satu keunggulan Novartis Institute of BioMedical Research, yaitu Big Yellow Arm, sebuah robot berbentuk mirip lengan tangan manusia.

"Dengan robot ini kami bisa menangani data yang masif secara akurat," kata salah seorang peneliti biologi yang menemui rekan media, Weihui Guo di Shanghai, Selasa (18/10/201).

Tak tanggung-tanggung, hanya dalam waktu dua menit, lengan robot ini mampu membuat 1,5 juta compounds atau senyawa yang disimpan dalam satu plat penyimpan data. Perbandingannya, bila seorang laboran bisa membuat 8x12 senyawa dalam satu plat, maka lengan robot ini bisa membuat 15x36 senyawa.

Ukuran senyawa yang dibuat bahkan tak lagi mililiter seperti halnya ketika dikerjakan manusia, melainkan nanoliter. Mereka mengaku sengaja menggunakan robot karena alasan akurasi dan efisiensi. Namun pekerjaan lengan robot ini tetap diawasi oleh dua analis yang bertugas memastikan percobaan yang dilakukan berjalan sesuai harapan.

Pintu masuk fasilitas riset Novartis di Shanghai (Foto: Rahma Lillahi S/detikHealth)Foto: Rahma Lillahi Sativa
Pintu masuk fasilitas riset Novartis di Shanghai (Foto: Rahma Lillahi S/detikHealth)

Dalam kesempatan terpisah, keberadaan teknologi semacam ini dikatakan Dr En Li, kepala Novartis Institutes for BioMedical Research memberikan banyak keuntungan bagi pengembangan obat yang mereka upayakan.

"Salah satu obat terbaru kami berhasil didapat setelah 7 tahun, ini merupakan pencapaian tercepat kami, karena sebelumnya bisa lebih dari itu," tandasnya.

Baca juga: Serunya Lihat Ganja dan Jamu Sambil Piknik di Tawangmangu

Menariknya, ketujuh gedung yang ada di fasilitas riset ini melingkari semacam taman di tengahnya. Di taman ini pulalah terdapat bangunan yang paling beda di antara lainnya. Oleh kampus, bangunan ini disebut sebagai AIa 'Oli, diambil dari bahasa tradisional China yang berarti 'rumah'.

Sayangnya, media tidak diperkenankan untuk mengambil foto kampus milik Novartis yang baru resmi dipergunakan pada bulan Juni lalu ini. "Fungsinya bisa sebagai restoran, atau pertemuan," kata Adam Xu, staf bagian komunikasi yang memandu rekan media.

Fasilitas riset yang berdiri di atas tanah seluas 8.000 meter persegi ini juga memiliki kafe dan restoran yang bukan hanya sekadar dijadikan tempat untuk hangout bagi para peneliti di sana, tetapi juga berdiskusi atau berbagi ide dengan rekan peneliti lainnya. 600-an peneliti yang ada di fasilitas ini juga tidak memakai seragam atau berdandan lugu. Rata-rata dari mereka berpakaian kasual namun rapi, sehingga terkesan santai walaupun di sana mereka mengerjakan riset-riset ilmiah.

Tak hanya itu, fasilitas riset ini juga dibuat ramah lingkungan. "Untuk plantasinya sendiri kita punya 20 area plantasi. Ini semua dirancang oleh desainer dari Belanda," lanjut Adam.

Beberapa bagian gedung juga terbuat dari bahan daur ulang, seperti halnya di gedung 6 di mana temboknya berasal dari reruntuhan bencana alam di China bagian tenggara. "Di satu sisi gedung itu juga tampak seperti tembok saja, tetapi sebenarnya sisi lainnya adalah kaca sehingga sinar matahari tetap bisa masuk," papar Adam.

Salah satu gedung lainnya juga dirancang agar memiliki balkon di tiap lantainya, di mana tiap gedung rata-rata memiliki 5-6 lantai. Dengan adanya balkon diharapkan sirkulasi udara ke dalam ruangan menjadi baik dan bisa juga dijadikan tempat mencari inspirasi oleh para peneliti. "Ini tujuannya agar para peneliti bisa mendapatkan stimulasi yang dibutuhkan," terang Adam.

Adam juga memastikan kampus tempatnya bekerja juga terbebas dari asap rokok. Hal ini tidak hanya dibuktikan dengan adanya tulisan 'This Campus is Free from Smoking' tetapi juga komitmen para staf di fasilitas riset ini untuk tidak merokok di dalam lingkungan kampus.

"Saya kira ini memang menjadi komitmen bersama di seluruh China untuk mengurangi kebiasaan merokok di ruang publik, termasuk di sini," pungkasnya.

Baca juga: Pentingnya Wadah Litbang untuk Tangani Masalah Kesehatan Jiwa di Indonesia

(lll/up)

Related Posts :

0 Response to "Tak Seperti Kantor, Begini Asrinya Institut Riset di Shanghai"

Posting Komentar