Soal Penanganan Kanker, Dokter: Harus Keroyokan, Nggak Bisa Sendiri-sendiri

Jakarta, Di tahun 2015, kanker menjadi penyebab kematian nomor 4 di Indonesia. Sementara, data WHO tahun 2014 menyebut Indonesia menempti negara urutan ke 2 dengan jumlah kematian terbanyak akibat kanker, setelah thailand (17). Nah, prevalensi kanker di Indonesia yaitu 1,4 per 1.000 penduduk.

Untuk penanganan kanker, dikedepankan upaya preventif promotif, caranya melalui edukasi baik bagi dokter atau masyarakat dan juga deteksi dini. Dalam upaya ini, peran pemerintah dan berbagai pihak seperti LSM serta organisasi atau komunitas pun penting.

"Tidak akan kekejar kalau penanganan kanker cuma buat pelayanan yang bersifat kuratif. Bedah onkologi di Indonesia saja 200-an orang, onkologi medik 150-an dengan penduduk sebanyak ini. RS dengan adanya onkologi umumnya di Indonesia bagian barat dan tengah, di timur kosong," kata Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP.

"Kanker memang harus keroyokan menanganinya, nggak bisa satu-satu, sendiri-sendiri. Yang penting bukan pengobatan kuratif, yang penting adalah bagaimana caranya supaya kanker tidak sampai ke taraf kuratif itu. Sehingga, pencegahan penting," tambahnya.

Hal itu disampaikan Prof Aru dalam Forum Diskusi 'Mari Bersama Kalahkan Kanker Payudara' di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (20/10/2016). Prof Aru menekankan pentingnya penguatan di berbagai sektor. Sinergi yang bisa dilakukan saat ini dan nyata adalah edukasi.

Dikatakan Prof Aru, baik masyarakat, stakeholder di masyarakat, LSM, yayasan kanker, dan Dinas Kesehatan sebagai pihak pemerintah harus dilibatkan, tidak hanya satu pihak saja. Edukasi juga tak sebatas pada masyarakat tetapi juga bagi dokter.

Baca juga: Duh! Masih Sedikit Perempuan yang Mau Deteksi Dini Kanker Serviks dengan IVA

Dicontohkan dr Aru, Sudinkes bisa mengkoordinir para dokter di Puskesmas-puskesmas untuk diberi penyuluhan dan pastinya edukasi.

"Seperti saya katakan zaman saya dulu nggak diajarkan soal kanker, cuma serahkan saja pada ahlinya. Nah, sekarang harus dibikin supaya nggak sampai ke ahlinya yaitu harus dilakukan dengan deteksi dini supaya lebih dini ketahuan dan lebih mudah ditangani. Semua pihak harus ikutan," kata Prof Aru.

Ia menekankan peluang kanker sembuh lebih besar jika ditemukan di stadium dini dan pengobatan yang dilakukan tepat, memiliki evidence base. Meski memang beberapa kendala dalam tata laksana pasien kanker masih ditemukan. Misalnya saja persebaran tenaga kesehatan, ketersediaan alat, dan juga kepatuhan dari si pasien.

Sehingga, baik pasien, dokter, masyarakat, dan juga para stakeholder punya peran masing-masing yang penting dalam tata laksana kanker.

Baca juga: Deteksi Dini Kanker Serviks dengan HPV DNA Paling Direkomendasikan

(rdn/up)

Related Posts :

0 Response to "Soal Penanganan Kanker, Dokter: Harus Keroyokan, Nggak Bisa Sendiri-sendiri"

Posting Komentar