Kisah bermula pada petualangan dua detektif, Edward Daniels dan Chuck Aule yang diminta menyelidiki sebuah kasus di sebuah rumah sakit jiwa bernama Ascheliffe. Namun ini bukan rumah sakit jiwa biasa, melainkan rumah sakit yang merawat para kriminil gila. Itulah sebabnya rumah sakit ini terletak di sebuah pulau terpencil di Boston, AS.
Begitu sampai dengan feri, mereka lantas diperkenalkan kepada seorang psikiater yang memimpin institut tersebut, Dr John Cawley. Sang psikiater menceritakan bahwa seorang pasien mereka yang bernama Rachel Solando kabur tanpa ada yang tahu, padahal institut itu dijaga ketat dan berada di sebuah pulau terpencil. Rachel ini digolongkan sebagai pasien berbahaya karena riwayatnya adalah membunuh ketiga anaknya.
"Ia menenggelamkan mereka di danau samping rumahnya. Ia menahan kepala anaknya satu-persatu di dalam air sampai mati lantas membawa mereka ke dalam rumah dan memakan mereka sebelum tetangganya datang," jelas Cawley tentang Rachel.
Ketika foto Rachel diperlihatkan, saat itulah bayangan aneh muncul di pikiran Andrew yang lebih akrab disapa Teddy itu. Ia melihat sosok mayat ibu dan anak yang telah membeku di jalan. Setelah itu ia merasa pening dan ia meminta aspirin pada Cawley.
Anehnya, meski seluruh sipir telah mencari ke penjuru pulau, Rachel tak ditemukan. Namun ketika memeriksa lantai kamar Rachel, Teddy menemukan secarik kertas di bawah lantai yang bertuliskan 'THE LAW OF 4 WHO IS 67?'
Teddy kemudian mengunjungi para sipir yang mencari di tepian karang. Di sana Teddy menunjuk ke sebuah bangunan mercusuar, namun wakil sipir, McPherson hanya mengatakan itu adalah fasilitas pengolahan limbah. Malamnya, ia mengumpulkan seluruh staf, tetapi ia juga tak menemukan petunjuk apapun dari keterangan-keterangan itu. Ia justru kesal ketika mendapati fakta bahwa psikiater utama Rachel, Dr Sheehan justru sedang berlibur.
Akhirnya Cawley mengajaknya minum-minum. Namun dari suara musik klasik yang diputar dalam ruangan Cawley, ia seperti mengenal lagu itu. Ingatannya pun kembali saat ia menjadi pasukan AS yang bertugas mengepung sebuah markas Nazi di Dachau, Jerman. Di sana ia melihat seorang petinggi Nazi yang bunuh diri karena terkepung, meregang nyawa.
Malam itu Teddy menginap di bunker rumah sakit. Dalam mimpinya, ia bertemu sang istri yang basah kuyup dan mengatakan 'Laeddis masih di sini', tetapi ketika mereka berpelukan dari dalam tubuh wanita itu keluar air dan darah, lalu berubah menjadi serpihan kertas yang terbakar.
Keesokan harinya, Teddy menanyai beberapa rekan Rachel dalam terapi, tetapi ia tak puas karena merasa semua jawaban yang diberikan pasien-pasien itu sudah diatur. Ia juga menanyakan apakah mereka mengenal Andrew Laeddis namun semuanya menggeleng. Chuck bertanya kepada Teddy siapa Andrew Laeddis, dan Teddy menjawab Laeddis adalah teknisi yang menyebabkan kebakaran di apartemennya dan membunuh sang istri.
Teddy dan Chuck lalu mendatangi beberapa bagian rumah sakit demi mencari Laeddis, sebab Teddy yakin Laeddis ada di situ. Namun mereka terjebak di tengah hutan saat hujan badai. Begitu dijemput, keduanya diantar ke ruangan Cawley yang sedang rapat dengan pengurus rumah sakit.
Tiba-tiba saja Cawley mengabarkan bahwa Rachel telah ditemukan. Tak ada bekas luka di dirinya, dan ketika ditanya Rachel bercerita seolah tidak terjadi apa-apa lalu sejurus kemudian mengamuk. Teddy dan Chuck dibawa kembali ke ruangan Cawley. Petir menyambar dan berkilat-kilat mengenai wajah Teddy dan ia menjadi seperti pening.
Setelah diberi obat, Teddy dibaringkan di basement bersama lainnya karena hujan badai untuk kesekian kalinya. Saat itulah ia kembali bermimpi dan melihat tumpukan mayat di sebuah kamp milik Jerman, dan melihat Rachel dan seorang anak perempuan yang tiba-tiba hidup kembali dan mengatakan, "Kau seharusnya menyelamatkan kami."
Teddy meneteskan air mata dan terbangun di tempat tidurnya. Mendadak seorang wanita masuk ke basement dalam keadaan basah kuyup, yang ternyata istrinya. Wanita ini lagi-lagi mengatakan Laeddis masih di sini dan meminta Teddy membunuhnya. Lalu Teddy terbangun di tengah kepanikan karena RS kacau. Badai telah memporak-porandakan beberapa bagian rumah sakit hancur dan menyebabkan sebagian pasien keluar dari kamarnya.
Kesempatan ini dimanfaatkan Teddy dan Chuck untuk menyelinap masuk ke bangsal C, yang konon hanya dihuni penjahat terburuk. Sembari menyalakan korek, Teddy menelusuri sebuah lorong dan bertemu sejumlah pasien. Beberapa orang berteriak dan menjulurkan tangannya berusaha menggapai teddy dan sayup-sayup terdengar suara memanggil Laeddis.
Ia pun bertemu salah seorang pasien yang dikenalnya, George Noyce. Pria ini mengatakan Teddy tidak menginvestigasi apapun, bahkan ia tak ubahnya tikus dalam labirin. George juga menyebut bahwa istrinya yang belakangan diketahui bernama Dolores telah mati dan meminta Teddy untuk melepaskannya.
Teddy akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Laeddis berada di mercusuar, dan ia pun melakukan berbagai cara untuk bisa sampai ke sana. Sesampainya di mercusuar, ia melumpuhkan seorang sipir dan mengambil senapannya. Berhasil masuk, ia menemukan Cawley duduk tenang di dalam sebuah ruangan. Disinilah identitas asli Teddy terkuak.
Menurut Cawley, Teddy adalah pasien yang sudah ada di rumah sakit itu selama dua tahun belakangan. Dalam laporan yang dimiliki Cawley juga dikatakan 'Pasien ini amat pintar dan memiliki delusional tinggi. Dia adalah mantan tentara dan US Marshall'. Tak hanya itu, Cawley lantas menunjukkan empat nama yang merupakan anagram dari satu sama lain.
Edward Daniels - Andrew Laeddis
Rachel Solando - Dolores Chanal
Dengan kata lain, Andrew Laeddis adalah Teddy sendiri, begitu juga dengan nama istrinya yang sebenarnya hanyalah anagram dari Rachel Solando, pasien kabur yang kasusnya sedang ia tangani. Cawley melanjutkan nama-nama itu diciptakan sendiri oleh Teddy dan ia seolah-olah sedang mengungkap konspirasi yang ada di rumah sakit. Chuck kemudian muncul dengan memakai setelan, ialah Dr Lester Sheehan yang dicarinya selama ini, dan ia tak lain adalah psikiater Teddy sendiri.
Lantas apa yang selama ini dilakukan pihak rumah sakit terhadap Teddy? Cawley mengatakan ini adalah bagian dari metode pengobatan radikal yang diberikan kepada Teddy, karena kasusnya juga tak biasa. Ia menduga jika membiarkan Teddy bermain dengan fantasinya, maka ia akan sembuh, tapi ternyata anggapan cawley keliru.
Sheehan menimpali, Doloreslah yang bersalah karena membakar apartemen mereka lalu pindah ke rumah kabin, tetapi kemudian justru membunuh ketiga anaknya di danau samping rumah. Bahkan Cawley memperlihatkan salah satu dari foto ketiga anaknya, Teddy sadar itu adalah gadis kecil yang berulang kali muncul di mimpinya dan memintanya menyelamatkan dia. Dan nama bocah itu adalah Rachel.
Ingatan Teddy pun terlempar di hari di mana kejadian tragis itu berlangsung. Ia baru saja pulang dari tugas dan tidak mendapati istrinya di dalam rumah. Rupanya sang istri berada di teras belakang, sedang duduk di ayunan belakang rumah. Tapi meski dipanggil Dolores tak menyahut. Ia hanya menengok ke belakang sebentar lalu mendatangi Teddy dalam keadaan bsah kuyup.
Lalu Teddy bertanya di mana anak-anaknya. Sempat tak mengaku, tiba-tiba ia melihat ada sesuatu yang mengambang di danau. Ia langsung berlari ke danau dan melihat anak perempuannya sudah tak bernyawa. Ketiganya pun diangkat ke daratan dan meratapinya. Dolores menghampiri Teddy, namun antara marah dan sedih yang teramat dalam, Teddy pun menembak istrinya. Kemudian dia terbangun dan bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan Cawley dan Sheehan, seolah tersadar kembali.
Dalam dunia medis, apa yang dialami sosok Teddy Daniels disebut dengan gangguan disosiatif. Dikutip dari situs National Alliance on Mental Illness, penyandang gangguan disosiatif digambarkan seolah-olah keluar dari realitas hidupnya, di mana pemikiran, identitas, kesadaran dan memori mereka tidak berkaitan satu sama lain.
Pada dasarnya, gangguan ini adalah bentuk respons yang diberikan seseorang ketika mereka dihadapkan pada sebuah kejadian yang dianggap traumatis, semisal penganiayaan fisik, seksual maupun emosional, bencana alam ataupun pertempuran fisik. Tujuannya agar ingatan tentang kejadian tersebut tetap berada di bawah kendali mereka.
Ada banyak sekali cuplikan adegan yang menunjukkan bahwa Teddy memperlihatkan gejala gangguan disosiatif, bahkan beberapa kali penonton tak bisa membedakan mana dunia nyata dan mana dunia 'lain' menurut persepsi Teddy.
Secara umum, gejala yang terlihat pada penyandang gangguan disosiatif antara lain:
- hilangnya ingatan pada waktu dan kejadian tertentu, termasuk pada orang tertentu
- seolah-olah melihat diri sendiri dari luar (out-of-body experiences)
- mengalami masalah kesehatan mental semisal depresi, ansietas dan muncul keinginan untuk bunuh diri
- tidak mampu merasakan emosi apapun
- tidak bisa mengidentifikasi diri sendiri
Meski begitu, gejala yang terlihat pada satu pasien dengan lainnya bisa berbeda, tergantung pada jenis gangguan disosiatif yang dimilikinya. Ada tiga jenis gangguan disosiatif seperti halnya yang tercantum dalam kitab Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM):
- Amnesia disosiatif
Ditandai dengan kesulitan mengingat informasi penting tentang dirinya sendiri. Kondisi ini bisa muncul di seputaran kejadian tertentu seperti pertempuran atau penganiayaan. Amnesia ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam hitungan menit, jam, hari, atau bahkan bulan maupun tahun meski lebih jarang. Kondisi ini bisa terjadi siapapun, di usia berapapun dan kemungkinan mengalami beberapa episode sepanjang hidupnya.
- Gangguan depersonalisasi
Penyandang kondisi ini terus-menerus merasa seolah-olah melihat dunia nyata tak ubahnya seperti film, atau mengira orang dan hal-hal di sekitarnya tidaklah nyata. Terkadang seorang penyandang bisa merasakan keduanya. Gejalanya bisa berlangsung beberapa saat saja, lalu tak muncul lagi hingga baru 'kambuh' beberapa tahun kemudian. Rata-rata kondisi ini muncul pada mereka yang berusia 16 tahun.
- Gangguan identitas disosiatif
Sebelumnya dikenal sebagai kepribadian ganda, sebab yang bersangkutan bergonta-ganti identitas yang punya nama dan karakteristiknya masing-masing. Penderitanya juga kerap mendengar suara-suara yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Munculnya kondisi ini bisa terjadi di usia berapapun, tetapi biasanya pemicunya adalah trauma yang sangat buruk sebelum pasien memasuki usia lima tahun.
Karena gangguan disosiatif muncul akibat trauma, banyak pasien yang memperlihatkan gejala yang mirip-mirip dengan gangguan mental akibat trauma lainnya, semisal:
- posttraumatic stress disorder (PTSD)
- borderline personality disorder (BPD)
- penyalahgunaan obat-obatan
- depresi
- ansietas atau gangguan kecemasan
Pada sosok Teddy yang diperankan aktor tampan Leonardo DiCaprio ini juga beberapa kali terlihat adanya gejala PTSD karena ia adalah mantan tentara. Ia juga mengalami amnesia disosiatif di mana ia kesulitan mengingat dirinya sendiri, bahkan menciptakan sosok-sosok fiktif yang sebenarnya juga bagian dari dirinya.
Pada dasarnya, setiap orang bisa saja mengalami gangguan mental ini, apapun ras, etnis dan latar belakang sosioekonominya, bahkan berapapun usianya. Pengobatan untuk penyandang gangguan disosiatif antara lain dengan pengobatan dan juga psikoterapi. Hanya saja tidak semua pengobatan terbukti efektif mengatasi gangguan yang terjadi pada pasien. Untungnya sebagian besar penyandang gangguan disosiatif masih bisa hidup normal dan produktif seperti tidak sakit apa-apa.
Ironisnya, meski pengobatan dilakukan secara ekstrim, Teddy ternyata tak ubahnya kaset yang terus berputar. Bisa jadi karena beratnya trauma yang ditanggung Teddy. Ketika tim psikiater merasa ia sudah kembali normal, tiba-tiba saja ia kembali menjadi 'Teddy' yang sedang menyelidiki sebuah kasus dan berusaha keluar dari pulau terkutuk itu.
(lll/up)
0 Response to "Shutter Island, Kisah Polisi Trauma yang Disadarkan Lewat Eksperimen"
Posting Komentar