Terkait hal tersebut industri rokok India menginginkan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi bersikap lebih 'lunak' menerapkan FCTC. Alasannya karena sebagai negara penghasil tembakau terbesar di dunia ketiga, FCTC disebut akan mengancam kelangsungan hidup 46 juta orang yang ada di sektor ini.
Dikutip dari Reuters, bukti dokumen menunjukkan grup industri dan petani tembakau lewat berbagai jalur telah meminta agar ada perwakilannya mengikuti konferensi FCTC. Mereka mengkritik hasil perjanjian yang lalu tak pernah terbuka untuk publik termasuk pada industri rokok.
Baca juga: 3 Penyebab Utama Makin Banyak Perokok di Indonesia: Iklan, Mudah dan Murah
Namun demikian seorang pejabat publik yang tak disebut namanya mengaku tidak akan tunduk pada 'tekanan'.
"Bila kita mengizinkan ada delegasi industri rokok, ini bisa membuat malu pemerintah India. Kami tidak akan menanggapi dokumen-dokumen pelobian ini," ujar sang pejabat seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/10/2016).
Kementerian Kesehatan India mengatakan pemerintah akan tetap mempertimbangkan sudut pandang para petani.
Berkaca dari kasus India, bagaimana kondisi di Indonesia? Sebagai negara yang disebut Food and Agriculture Organization (FAO) penghasil tembakau terbesar keenam di dunia, Indonesia sendiri bahkan belum menandatangani dan meratifikasi FCTC.
Argumentasinya sama seperti yang ada di India bahwa FCTC disebut akan berdampak pada banyak orang terutama dari sisi ekonomi sehingga harus dipertimbangkan matang. Namun demikian Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial, Universitas Indonesia, Profesor Hasbullah Thabrany mengatakan lebih dari sisi ekonomi FCTC punya manfaat melindungi masa depan anak bangsa dari ancaman bahaya rokok.
"Semua negara tidak ingin anak-anak mudanya mengonsumsi rokok. Sekarang bagaimana komitmen dari pemerintah kita," kata Prof Hasbullah.
Baca juga: Aksesi FCTC, Langkah Nyata Demi Sukseskan Pengendalian Tembakau di Indonesia(fds/vit)
0 Response to "Meski Jadi Penghasil Tembakau Terbesar, India akan Tegas Terapkan FCTC"
Posting Komentar