Mei: Peredaran Permen Rokok yang Mirip Aslinya

Jakarta, Di penghujung bulan Mei, masyarakat dibuat cemas dengan peredaran permen yang dikemas mirip rokok. Bahkan pada beberapa merek, ada yang ditambah gambar api di ujungnya.

"Kalau dulu permen ya permen saja. Ini sekarang sampai ada gambar apinya," ungkap dr Lily Sulistyowati, MM, Direktur Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan mengomentari desain permen rokok tersebut.

Permen ini dapat diperoleh dengan mudah lewat situs-situs jual beli daring. Dalam deskripsi produknya disebutkan bahwa permen-permen ini tersedia dalam rasa cokelat. Satu pak permen berisi 20 batang, sedangkan untuk satu dus berisi 50 pak.

Harganya sendiri cukup terjangkau. Untuk satu pak, permen ini dijual seharga Rp 3.500-5.000, bahkan bisa dicicil. Produk-produk tersebut juga mencantumkan nomor registrasi dengan kode 'Depkes RI'.

dr Lily menuding, peredaran permen rokok semacam ini termasuk bagian dari marketing rokok pada anak-anak. Meski rasa dan bau permen ini tak berbeda dengan permen pada umumnya, namun kemasannya seolah-olah berkaitan dengan produk rokok sungguhan.

Mei: Peredaran Permen Rokok yang Mirip AslinyaFoto: internet

Baca juga: Kemenkes Cemaskan Permen Rokok di Lapak-lapak Online

Perlu diketahui bahwa Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009 menunjukkan tingginya paparan iklan rokok pada remaja 13-15 tahun. Sebanyak 89,3 persen remaja 13-19 tahun terpapar iklan rokok melalui billboard, dan 7,7 persen pernah menerima rokok gratis, antara lain dari Sales Promotion Girl (SPG).

Fakta ini senada dengan pernyataan dr HM Subuh, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan dalam kesempatan terpisah. Menurutnya, ada tiga alasan yang mendasari tingginya pertumbuhan perokok di Indonesia.

Pertama, iklan rokok yang banyak, mudahnya akses untuk membeli rokok dan harga rokok yang murah. "Kalau lihat iklan rokok itu kan ditujukannya ke anak-anak dan remaja kita. Memang nggak ada rokoknya tapi iklannya terjun dari pesawat, naik motor gede, akhirnya meng-encourage anak-anak dan remaja kita kalau dengan merokok bisa jadi seperti itu," tuturnya.

Mei: Peredaran Permen Rokok yang Mirip AslinyaFoto: uyung/detikhealth

Mudahnya mendapatkan rokok dimanapun, serta harganya yang murah dan bisa dibeli di eceran juga memudahkan perokok pemula untuk membeli rokok pertamanya. Di Indonesia, jumlah perokok pemula usia 10-14 tahun juga terus meningkat.

Lewat Permendikbud Nomor 64/2015, sekolah juga dilarang untuk menjual, mempromosikan hingga menerima bantuan atau sponsor dari pihak industri rokok. Selain itu, sekolah wajib memberlakukan larangan merokok di lingkungan sekolah bagi seluruh pegawai, termasuk guru, staf dan kepala sekolah.

Pihak sekolah juga wajib memasang pamflet dan poster yang berisikan bahaya dan larangan merokok. "Kami sangat mengimbau dan meminta agar semua sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah atas untuk menjadi kawasan bebas rokok," ungkap Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah, Hamid Muhammad, PhD.

Ditambahkan dr Agus Dwi Susanto, SpP dari RS Persahabatan, rendahnya kesadaran orang Indonesia untuk berhenti merokok yang rendah juga dipicu oleh usia pertama terpapar kebiasaan merokok yang terlalu dini.

Penelitian tahun 2013 pada anak SMA di Bogor menunjukkan 16,8 persen remaja perokok mengalami adiksi nikotin. "Makin dini mengenal rokok, semakin tinggi risiko adiksi," kata dr Agus.

Baca juga: 3 Penyebab Utama Makin Banyak Perokok di Indonesia: Iklan, Mudah dan Murah(lll/vit)

Related Posts :

0 Response to "Mei: Peredaran Permen Rokok yang Mirip Aslinya"

Posting Komentar