Studi terbaru yang dipublikasi dalam jurnal Hospital Infection mengungkap bahwa ketika jenggot seorang pria dipelihara dengan baik, maka bakteri yang ada di dalamnya bisa lebih sedikit dibandingkan kulit yang tercukur rapi. Hal tersebut terbukti ketika peneliti mengambil sampel dari 408 tenaga medis pria yang bekerja di rumah sakit.
Baca juga: Benarkah Pria Berkumis Lebih Sehat? Ini Jawabannya
Hasilnya diketahui bahwa bila dijaga secara higienis seorang pria bisa memiliki jumlah bakteri yang normal pada jenggot. Nah menariknya pada pria yang jenggotnya dicukur habis, ia justru bisa memiliki kemungkinan membawa bakteri berbahaya tiga kali lipat dibandingkan pria berjenggot.
Salah satu contoh bakteri berbahaya tersebut seperti Methicillin-resistant Staphlyococcus aureus (MRSA). MRSA terkenal karena sulit diobati oleh antibiotik bila sudah menginfeksi.
"Studi kami menunjukkan bahwa jenggot tidak meningkatkan risiko terjadinya kolonisasi bakteri ketika dibandingkan dengan subjek yang bercukur hingga habis... Subjek yang bercukur justru menunjukkan tingkat kolonisasi yang lebih tinggi untuk spesies bakteri tertentu," ungkap peneliti seperti dikutip dari Medical Daily, Jumat (9/12/2016).
Sejauh ini ada dua teori yang mungkin bisa menjelaskan mengapa fenomena ini terjadi. Teori pertama dijelaskan oleh peneliti dalam studi yang sama karena pria bercukur kerap alami abrasi mikro yang disenangi oleh bakteri tertentu.
Sementara itu teori kedua dijelaskan ahli biologi mikro Adam Roberts dari University College London dalam studinya bisa karena keberagaman bakteri yang dimiliki oleh pria berjenggot. Dalam studinya ia membuktikan kehadiran bakteri seperti E.coli dapat menekan pertumbuhan bakteri berbahaya.
Baca juga: Tak Disangka, Bakteri di Berewok Bisa Jadi Sumber Antibiotik Baru
(fds/vit)
0 Response to "Hai Pria Berjenggot, Studi tentang Jenggot Ini Perlu Anda Simak"
Posting Komentar