Data terbaru terkait malaria yang dikantongi Kementerian Kesehatan menyebut, di tahun 2015 sudah ada 232 dari 514 kabupaten/kota di Indonesia yang telah mencapai tahap eliminasi malaria.
Hal ini berarti 74 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah bebas malaria. Pada peringatan Hari Malaria Sedunia 2016 April silam, Kemenkes memastikan angka tersebut telah bertambah menjadi 238 kabupaten/kota.
Enam kabupaten/kota terbaru yang memperoleh sertifikat bebas malaria itu di antaranya Kabupaten Karimun, Kep.Riau; Kabupaten Siak, Kep.Riau; Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah; Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah; Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara; dan Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara.
Baca juga: 6 Daerah Ini Menambah Daftar Kabupaten/Kota yang Sukses Eliminasi Malaria
Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr H Mohamad Subuh, MPPM, untuk bisa memperoleh sertifikat bebas malaria, sebuah daerah harus menjalani tiga fase terlebih dahulu: akselerasi, intensifikasi dan eliminasi. Di fase pertama, tiap daerah diminta mencari kasus secara aktif. "Strategi kita sebenarnya kita kepung ya istilahnya. Selain mencari kasus secara aktif, juga kelambunisasi," terang Subuh.
Pemerintah memastikan akan memasok semua kelambu yang dibutuhkan. Tahun ini Kemenkes telah membagikan kurang lebih 3,3 juta kelambu di wilayah Indonesia Timur. Namun tidak lagi satu kelambu per satu KK (kepala keluarga), melainkan dihitung per-KK butuh berapa kelambu, disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah menemukan kasus, maka pemberian obat harus tepat, salah satunya disesuaikan dengan berat badan. Standarnya adalah arteminisinin.
Selanjutnya, ketika sebuah daerah sudah memasuki fase intensifikasi, maka perlu dilakukan tindakan surveilans epidemiologi terhadap vektor (nyamuk) semisal pengamatan pada jentik serta surveilans kasus. Hal ini untuk memastikan tidak ada kasus baru, sebab salah satu syarat eliminasi adalah tidak ditemukan kasus baru di daerah yang bersangkutan selama tiga tahun berturut-turut.
Contoh surveilans biasanya dilakukan di tiap hari raya Idul Fitri, semisal di pelabuhan atau bandara. Mereka yang datang dari dan ke daerah tertentu akan menjalani skrining massal.
"Paling berat itu adalah fase eliminasi. Mereka harus melakukan surveilans terhadap vektor dan manusia untuk menjamin tidak terjadi penularan. Boleh si orang ini tertular, tapi bukan berasal dari dalam, bukan dari indigenous. Misal kabupaten A dan B berdekatan, A belum eliminasi, orang dari kabupaten B yang sudah eliminasi datang ke kabupaten A tapi tertular. Kalau begitu, kita hitung itu kasus positif tapi bukan indigenous," terang Subuh seperti diberitakan detikHealth sebelumnya.
Barulah ketika angka kejadian malarianya kurang dari 1 per 1.000 penduduk dan jumlah kasus positif tidak lebih dari lima persen, maka daerah tersebut berhak mendapat sertifikat eliminasi malaria.
Untuk bisa mewujudkan daerah bebas malaria, Subuh menegaskan kuncinya ada di kerjasama lintas sektor. "Prinsipnya strong di leadership. Kedua, bagaimana si pemimpin ini meng-encourage, mendorong masyarakat untuk bisa mengerti dan berperan aktif," paparnya.
Subuh juga mengatakan, pihak swasta dapat dilibatkan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, upaya ini perlu didukung dengan adanya peraturan, baik Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Gubernur (Pergub), atau peraturan bupati untuk menggerakkan berbagai sektor agar aktif melakukan berbagai strategi membasmi malaria.
"Diharapkan, sepanjang tahun 2016, akan ada 245 kabupaten/kota yang bebas malaria," kata Subuh.
Untuk mencapai target itu, Subuh merasa perlu dilakukan percepatan, terutama di provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur yang terhitung masih menjadi daerah endemi malaria. Dijadwalkan pada tahun 2020, Indonesia telah memasuki tahap pre-eliminasi secara nasional dan eliminasi total di tahun 2030.
Target ini bisa saja tercapai bila dilihat dari laporan jumlah kasus malaria nasional yang mengalami penurunan dari 252.027 di tahun 2014 menjadi 217.025 di tahun 2015.
Data Ditjen P2P menunjukkan Angka Kejadian Malaria (Annual Parasite Incidence-API) juga menurun dari 0,99 di tahun 2014 menjadi 0,85 di tahun 2015.
Baca juga: 3 Kunci Basmi Malaria dari Kemenkes untuk Daerah yang Belum Bebas Malaria
|
0 Response to "April: Indonesia Menargetkan Percepatan Eliminasi Malaria"
Posting Komentar