"Saya memang pro kepada kesehatan karena saya seorang dokter. Saya juga malu lah kalau angka kematian ibu dan bayi meningkat 'kok bupatinya dokter tapi angka kematian meningkat?'," tutur dr Hasto dalam acara BRAND'S Health Award 2016 di Ruang Ramayana Hotel Indonesia Kempinski, Jl M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
"Awalnya saya membuat kebijakan Jamkesda (jaminan kesehatan daerah) tanpa kartu. Jadi masyarakat hanya perlu menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) Kulonprogo kalau mau berobat," imbuh dr Hasto yang sudah menjabat selama 5 tahun.
Baca juga: Dukung Germas, Ini Aneka Kegiatan Sehat yang Dilakukan Kulonprogo
Ia juga menceritakan awal mula mengubah kebijakan RS. Menurutnya saat itu banyak pasien ruang kelas III yang menunggu antrian kamar, padahal ruang kelas I RS tersebut sepi. Nah ia pun berinisiatif mengubah kebijakan dengan menggunakan kamar kelas I.
"Ketika angka kunjungan membludak saya mengubah kebijakan, jadi ketika kamar kelas III penuh maka naik ke kelas II kalau penuh juga ya naik ke kelas I. Ternyata tidak ada perbedaan makna anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dulu Rp 42 miliar dan sekarang Rp 72 miliar," sambung dr Hasto.
Selain itu, berkat kebijakan tersebut RSUD Wates berhasil menjadi salah satu nominasi penerima United National Public Service Award. "Bagi saya masyarakat yang sehat tidak hanya sehat jasmani rohani tapi juga sehat secara ekonomi dan lingkungan yang terjaga," ucap dr Hasto.
Baca juga: Cerita Pasien Bupati Kulonprogo, Bisa Hamil Setelah Disuruh Setop Merokok(up/up)
0 Response to "Bupatinya Seorang Dokter, Kulonprogo Punya Terobosan Soal Layanan RS"
Posting Komentar