Kanker Paru Sulit Dicegah, Ini Upaya Penting untuk Mengantisipasinya

Jakarta, Tingginya kasus kanker paru di Asia, utamanya Asia Timur tak hanya dipicu oleh faktor lingkungan, tetapi juga genetik. Riset membuktikan mutasi gen tertentu pada orang Asia membuatnya lebih rentan terkena kanker paru.

Menurut Prof Yi Long Wu, direktur Guangdong Lung Cancer Institute, pencegahan kanker paru merupakan isu yang 'rumit'. "Karena pemicunya bisa dari udara, air, lingkungan. Ini bukan sesuatu yang bisa ditangani oleh dokter," katanya di Shanghai baru-baru ini.

Namun ia berharap, dengan tingginya kasus kanker paru di China, khususnya, yang mencapai 730.000 kasus di tahun 2015, masyarakat dan pemerintah memiliki kesadaran untuk memperhatikan faktor lingkungan ini.

"Misalnya mendorong pemerintah untuk menutup sejumlah pabrik karena polusi udara ini berdampak langsung pada genome," terangnya.

Begitu juga soal makanan atau pola makan. Katanya, jenis kanker tertentu memang berkaitan dengan pola makan, akan tetapi ini tidak lantas mendorong dokter untuk melarang makan ini-itu atau memperbolehkan makan ini-itu, demi mencegah kanker.

Baca juga: Saran Dokter Bagi Mereka yang Terkena Kanker Paru

Saat ini yang terpenting adalah melakukan deteksi dini, yang nantinya juga akan mempercepat diagnosis kanker paru pada diri seseorang.

"Apalagi hampir 50 persen kasus kanker di Hong Kong, Korea dan Taiwan tidak ditemukan sejak dini atau sudah dalam stadium lanjut, jadi masyarakat harus terlibat dalam program skrining," pesannya.

Untuk deteksi kanker paru sendiri, ada beragam metode yang bisa dipergunakan, di antaranya chest x-ray, CT scan, dan MRI. Meski chest x-ray adalah yang paling sering digunakan, namun Prof Wu memilih metode lain yang lebih aman yaitu spiral CT scan.

Seperti dikutip dari medicinet, chest x-ray hanya mampu memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan di paru-paru tetapi tidak dapat memastikan apakah itu kanker atau bukan. Lagipula pasien juga terpapar sedikit radiasi.

Sedangkan spiral CT scan (low dose helical CT scan) direkomendasikan khususnya bagi perokok atau mantan perokok berusia 55-80 tahun yang telah menghabiskan waktu selama 15 tahunan untuk merokok. Metode ini diklaim lebih mampu mendeteksi adanya kanker paru yang lebih kecil dan lebih dini.

"Cara ini juga mengurangi efek negatif pada tubuh pasien," tutup Prof Wu.

Baca juga: Ini Bedanya Kanker Paru pada Perokok dan Nonperokok(lll/up)