Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) Jawa Tengah, Nyoto Wardoyo mengatakan ada perlambatan pertumbuhan industri jamu di Indonesia yaitu dengan ditandai perkiraan omzet industri jamu di Indonesia hingga akhir tahun 2016 nanti berkisar Rp 20 triliun. Menurut Nyoto jumlah itu hanya bertumbuh tipis dari tahun 2015 lalu yaitu Rp 17 triliun.
"Tahun ini tagetnya Rp 20 triliun ya," kata Wardoyo di sela-sela musyawarah daerah dan seminar Mengembalikan Kejayaan Jamu Nusantara di Semarang, Selasa (18/10/2016).
Wardoyo menambahkan jamu cukup efektif megobati penyakit-penyakit ringan antara lain batuk, flu, masuk angin, dan sebagainya. Sehingga menurutnya bisa saja jamu asli Indonesia dicover BPJS untuk mengobati masyarakat sebagai alternatif mengkonsumsi obat kimia.
"Kalau program jamu bisa masuk program BPJS misalnya, kalau sakitnya ringan seperti masuk angin, batuk, flu berilah yang memang produk indonesia, jamu,bukan impor. Kalau sakitnya berat silahkan saja (obat kimia)," tandas Wardoyo.
Usaha agar jamu masuk ke BPJS sudah dilakukan sesuai prosedur termasuk memberikan sample ke pihak yang menanganinya. Namun Wardoyo masih belum bisa memastikan kapan langkahnya itu berhasil.
"Upayanya masuk BPJS tidak mudah karena ada undang-undangnya. Sudah komunikasi bahkan dengan komisi IX saat audiensi. Sample sudah kita berikan terutama obat tradisional penyakit ringan. Untuk kapan selesainya, saya belum bisa mengatakan," tegasnya.
Baca juga: Mbok Jamu Digandeng untuk Ajak Masyarakat Gemar Minum Jamu
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan untuk memicu perkembangan jamu di Indonesia, pendampingan dari pemerintah diperlukan. Oleh sebab itu diharapkan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan serta kepolisian agar mempermudah megurus perizinan.
"BPOM bisa buat aturan dan deregulasi agar gampang. Perlu pemahaman bersama agar proses berjalan. Demoralisasi bisa dicegah dengan cara memberikan pelatihan dan pendampingan agar jamu itu ya jamu jangan dicampur yang lain," kata Ganjar.
Salah satu pengusaha jamu, Irwan Hidayat mengatakan saat ini ada 30 ribu jenis tanaman obat dan baru 500 jenis yang dimanfaatkan menjadi jamu sehingga peluang industri jamu untuk berkembang masih sangat tinggi.
"Dari 30 ribu tanaman obat, yang baru dipakai bahan baku baru 500 saja. Kalau ingin suskes harus ada pabrik bahan baku jamu dan formula dipisahkan jadi semua bisa diproses," kata Direktur PT Sido Muncul itu.
Menurut Irwan, industri jamu Indonesia tidak perlu khawatir dengan gempuran jamu impor karena bahan-bahan yang digunakan asli dari negeri sendiri. Oleh sebab itu ia juga setuju jika pemerintah memberi kelonggaran perizinan pada pengusaha jamu skala kecil karena cukup berperan pada pertumbuhan ekonomi nasional.
"Soal ancaman dari industri jamu luar negeri saya rasa tidak. Karena mereka justru mengambil bahan baku dari Indonesia. Jadi secara kualitas kami yakin mampu bersaing," tegasnya(alg/up)
0 Response to "Diakui Khasiatnya, Jamu Diusahakan Bisa Di-cover BPJS"
Posting Komentar