Namun meski sudah berulang kali menjalani tes, tak ada yang tahu apa penyebab sakit Hannah. Entah itu virus ataupun infeksi tertentu. Sakitnya pun datang dan pergi.
Hingga kemudian saat duduk di bangku kuliah (2009), Hannah didiagnosis mengidap sebuah kondisi langka yang mengenai jaringan ikat bernama Ehlers Danlos Syndrome. Tetapi Hannah bertekad untuk tetap hidup normal seperti mahasiswa lainnya.
Sayangnya dua tahun kemudian Hannah jatuh sakit tetapi kali ini lebih serius. Ia pun menjalani serangkaian tes selama tiga hari di National Hospital for Neurology and Neurosurgery, di mana ia akhirnya ketahuan mengidap penyakit lain, Postural Orthostatic Tacychardic Syndrome (PoTS).
Hannah menjelaskan, penyakit ini juga tergolong langka. Kondisi ini menyebabkan tubuhnya gagal melakukan berbagai fungsi semisal menjaga tubuh tetap hangat atau mengatur detak jantung, dan ia hanya bisa hidup normal dengan bergantung pada beragam obat.
Kendati demikian, Hannah berhasil menyelesaikan studinya, meski sembari terbaring di rumah sakit. Obat-obatan yang dikonsumsinya juga membantu Hannah kembali ke kehidupan normal.
Baca juga: Studi Temukan Ada Anak yang Memiliki Imunitas Alami Terhadap AIDS
Obat-obatan yang harus dikonsumsi Hannah (Foto: http://ift.tt/2ha44eW) |
Kembali ke kampung halaman, wanita berusia 26 tahun itu akhirnya mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai seorang guru sekolah dasar. Ia pun sangat menikmati pekerjaan impiannya itu.
Namun semua berubah begitu wabah campak menyerang Wales Selatan di tahun 2012. Begitu wabah ini sampai ke tempat kerjanya, Hannah langsung jatuh sakit. Tak hanya campak, paru-parunya pun ikut meradang.
Hannah dilarikan ke Morriston Hospital, Swansea dan menjalani perawatan selama 9 pekan. Walau hanya dipicu campak, namun dokter mengatakan Hannah berada di antara hidup dan mati.
Untung Hannah akhirnya sembuh dari campak, akan tetapi sistem kekebalannya menjadi sangat rendah, yang berarti ia harus keluar dari pekerjaannya. Mengapa demikian? Sebab anak-anak rentan membawa beragam virus atau pemicu infeksi. Dikhawatirkan ketika Hannah berada di dekat mereka, maka ia bisa dengan mudah terserang infeksi tersebut.
"Saya sempat marah dan kecewa, karena itu adalah pekerjaan impian saya, walaupun saya tahu ini demi kebaikan saya sendiri," tuturnya seperti dilaporkan Wales Online.
Kini Hannah hanya bisa berdiam diri di rumah dan bergantung pada obat-obatan untuk bertahan hidup. Dalam sehari ia harus mengonsumsi lebih dari 100 tablet dan 18 suntikan. Namun ia berupaya menyibukkan dirinya dengan menulis blog, setidaknya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kondisinya.
"Tidak selamanya buruk kok, kadang-kadang saja saya harus memakai kursi roda tetapi jika saya tidak sedang kambuh, ya bisa melakukan apapun," pungkasnya.
Hannah bersyukur blognya mendapat respons positif sehingga hal ini memberinya motivasi tersendiri.
Baca juga: Terapkan 5 Dasar Hidup Sehat Bisa Cegah dan Kendalikan Penyakit Autoimun(lll/vit)
0 Response to "Cerita Guru yang Tak Boleh Dekat-dekat dengan Murid karena Sakit Langka"
Posting Komentar