Prof Ir Ahmad Sulaeman MS, PhD dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) mencontohkan beberapa jajanan khas Minahasa seperti nasi jaha, klappertart, dan lemet. Menilik bahan utama yang digunakan ketiga kudapan itu adalah beras ketan, singkong, dan susu, maka ketiga kudapan seperti itu mengandung karbohidrat cukup tinggi.
Nasi jaha yang terbuat dari beras ketan ditambah sereh, bawang merah, dan jahe serta santan, mengandung sekitar 100 kalori per potongnya dengan ukuran kurang lebih 30 gram. Sama halnya dengan lemet yang terbuat dari singkong, kelapa muda, dan gula merah, tiap potongnya (30 gram) mengandung 100 kalori.
Kemudian 1 cup klappertart dengan berat sekitar 40-50 gram, mengandung kurang lebih 150. Lantas, bagaimana jika semua jajanan tersebut tersaji dan Anda hendak mengonsumsinya?
|
Baca juga:Di Desa Ini, Warga Patungan Sumbang Beras untuk Keluarga Tidak Mampu
"Bisa saja nyoba semuanya, tapi asal icip saja. Untuk klappertart mungkin 2 sampai 3 suap aja terus lemet atau nasi jaha bisa diparo dengan teman lain," tutur Prof Ahmad di sela-sela 'Jelajah Gizi Bersama Sari Husada' di Tomohon, Sulawesi Utara, Jumat (18/11/2016).
Namun, Prof Ahmad menuturkan pada nasi jaha, terdapat tambahan sereh dan jahe yang bisa menjadi antioksidan. Nah, mengingat jajanan seperti itu juga mengandung kalori cukup tinggi, bagi orang dengan penyakit tertentu termasuk diabetes mesti dihitung jumlah kalorinya. Misalnya hanya mencoba 2 sampai 3 sendok klappertart, tapi jangan lupa padu dengan mengonsumsi makanan berindeks glikemik rendah. Contohnya talas, kentang, dan roti gandum.
"Asupan berindeks glikemik rendah bisa mengurangi penyerapan karboihidratnya dan mengurangi beban insulin," kata Prof Ahmad.
|
Jika masing-masing jajanan dihabiskan sendiri, Prof Ahmad amat tidak menganjurkan. Apalagi, klappertart dengan ukuran 1 cup bisa dijadikan sebagai menu sarapan. Meski sayangnya, kerap kali penduduk Indonesia menganggap jika belum makan nasi maka dikatakan belum makan.
Kita harus biasakan untuk tidak merasakan lapar psikologi. Jadi kalau sudah biasa, nggak makan nasi ya nggak apa-apa karena memang sudah kenyang kan. Jadi perubahan pola pikir seperti itu penting," kata Prof Hasan.
Baca juga: Alasan Kenapa Makanan Berminyak Lebih Mudah Bikin Gemuk(rdn/up)
0 Response to "Tersedia Banyak Jajanan, Terapkan 'Aturan' Ini Agar Tak Asup Kalori Berlebih"
Posting Komentar