dr Vivi Gigih Jadi Konselor HIV Demi Hapus Stigma pada ODHA di Riau

Tanjung Pinang, Sampai saat ini, stigma terhadap pasien HIV AIDS masih sangat tinggi dan terus ada. Hal ini tentu sangat memengaruhi psikis pasien dan bahkan bisa menghambat proses pengobatannya.

Sadar betul akan hal ini, dr Dwinita Vivianti, SpPD, MKes pun memilih untuk aktif menjadi konselor HIV di RSUD Raja Ahmad Tabib, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, sejak dua tahun lalu. Yuk ikuti kisahnya.

Dokter yang akrab disapa dr Vivi ini menyebutkan bahwa di daerahnya stigma negatif terhadap pasien HIV AIDS masih banyak terjadi. Peran LSM atau lembaga sosial masyarakat pun menjadi juga penting. "Jadi ketika kita dapat pasien HIV, kita hubungi LSM dan nanti mereka mendampingi. Dampingi dari segi apa? Segi pengobatan, kepercayaan diri, sosialnya juga," tutur dr Vivi kepada detikHealth.

Wilayah yang berbentuk kepulauan dikatakan oleh dr Vivi menjadi salah satu hambatan dalam penanganan HIV, sebab transportasi dan jarak yang jauh kadang membuat pasien enggan berobat ke dokter. Biasanya jika dr Vivi memiliki pasien yang beda pulau, ia akan bekerjasama dengan LSM di area tersebut untuk mendampingi pasien.

"Apalagi di kampung kan banyak masyarakat yang belum mengerti, informasinya mungkin belum sampai. Pendamping ini kemudian yang membantu kami menghilangkan stigma," imbuh ibu dari tiga orang anak ini.

Ditemui di sela-sela acara pelatihan deteksi dini kanker serviks pada tenaga kesehatan yang diadakan oleh Garuda Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dr Vivi menceritakan bahwa dirinya bertanggung jawab untuk memberikan edukasi terkait HIV-AIDS pada pasien sejelas mungkin.

"Jadi pertama kali misalnya ada yang datang, kita lihat ada nih gejala positif HIV, kita minta mereka tes darah. Begitu mereka benar terbukti positif, saya harus berupaya mengorek informasi apa penyebab dia terjangkit HIV. Apakah dia bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial -red), ada hubungan lelaki dan lelaki, atau mungkin ibu rumah tangga dengan suami yang pekerjaannya jauh seperti sopir atau pelaut," tuturnya.

Setelah itu, ia akan memberikan konseling tentang apa itu HIV-AIDS pada pasien, dengan tujuan supaya mereka mau berobat teratur dan bisa hidup lebih baik. Ia juga aktif melakukan edukasi preventif, yang biasanya dilakukan di sekolah-sekolah.

Baca juga: Kisah Pak Dokter Ganteng yang Jadi Tempat Curhat Para PSK

Lantas mengapa dr Vivi memilih untuk mengabdi menjadi konselor HIV AIDS? Dokter yang menamatkan pendidikan spesialis penyakit dalam di Universitas Sebelas Maret, Solo ini menceritakan kemirisannya terhadap stigma terhadap ODHA (orang dengan HIV AIDS).

"Saya punya teman seorang perawat, dia HIV positif dan pernah AIDS. Tapi dia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Saya jadi terpikir, tidak semua orang yang HIV positif malu dengan kondisinya. Dia bisa tetap bekerja, bahkan dia menjelaskan ke orang-orang kalau dia HIV positif, tidak malu. Jadi saya merasa harus mengubah kondisi ini. Tetap, semua bergantung pada dukungan keluarga dan lingkungan. Di sinilah fungsinya konselor dan LSM," tutur dokter kelahiran Barabai, Kalimatan Selatan, 5 April 1982 ini.

Ia berharap ke depannya masyarakat bisa memahami bahwa pasien HIV AIDS tidak harus dijauhi atau ditakuti. Jauhi penyakitnya, bukan pasiennya, demikian pesan dr Vivi bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang masih takut untuk bersosialisasi dengan ODHA.

Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November ini, tidak ada salahnya kita mengapresiasi perjuangan pahlawan-pahlawan dari berbagai bidang, tak terkecuali bidang kesehatan seperti yang dilakukan dr Vivi ini. Bahwa tidak mudah baginya untuk menghapus stigma yang melekat pada ODHA, namun tidak mudah tidak berarti tidak bisa dilakukan.

Tetap semangat dr Vivi!

Baca juga: Disuntik HIV oleh Ayahnya, Brryan Kini Berjuang Hidup dan Lawan Stigma

(ajg/vit)

0 Response to "dr Vivi Gigih Jadi Konselor HIV Demi Hapus Stigma pada ODHA di Riau"

Posting Komentar