Meski Redakan Nyeri, Water Birth Tetap Tak Dianjurkan oleh Dokter

Jakarta, Fenomena water birth atau melahirkan di air cukup populer karena diklaim mampu meredakan nyeri yang dialami ibu. Namun metode ini tak dianjurkan oleh dokter dengan beberapa macam alasan.

Dr Joseph Wax dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengatakan berbagai studi sudah membuktikan risiko infeksi, putus tali pusar hingga perdarahan akibat proses melahirkan di air. Meski begitu, air memang terbukti bisa meredakan rasa nyeri saat persalinan.

Karenanya, Dr Wax mengatakan boleh-boleh saja ibu berendam di air ketika proses kontraksi hingga pecah ketuban. Namun ketika proses pembukaan, ibu harus diangkat dan dipindahkan ke ranjang atau kasur yang kering.

Baca juga: Tetap Tenang Saat Melahirkan, Video Ibu Ini Jadi Viral

"Tidak ada laporan tentang risiko infeksi atau cedera saat ibu berada dalam air hingga fase pertama melahirkan, yakni hingga terjadinya bukaan vagina. Berada di air membantu ibu mengurangi rasa nyeri akibat kontraksi," tutur Dr Wax.

"Namun ketika memasuki fase kedua, yakni sudah pembukaan dan bayi akan keluar, ibu tidak boleh berada dalam air. Hal ini karena tingginya risiko bayi tenggelam, infeksi berat, putus tali pusar hingga perdarahan yang sudah dibuktikan oleh banyak penelitian," tambahnya lagi, dikutip dari Reuters.

Melahirkan di air populer karena prosesnya lebih cepat dan rasa sakitnya lebih rendah daripada proses melahirkan normal. Sebuah studi di Inggris menyebut 9 persen bayi di Inggris lahir dengan water birth, dengan rata-rata proses persalinan memakan waktu 32 menit saja.

ACOG memang melarang proses melahirkan bayi secara penuh dilakukan di air. Namun jika ibu sehat, kehamilan tidak memiliki masalah dan komplikasi, melahirkan di air boleh-boleh saja dilakukan. Dengan catatan hanya fase pertama saja yang dilakukan dan fase kedua dilakukan di tempat kering.

Di Indonesia, metode water birth masih tetap kontroversial. Salah satunya terkait dengan risiko infeksi. Pada metode water birth, bayi dilahirkan dalam bak berisi air. Diyakini bayi tidak akan tersedak karena refleks selama dalam cairan ketuban melatih bayi untuk tidak langsung bernapas saat berada dalam air. Namun air dalam bak tentu tidak sama dengan air ketuban, banyak risiko kontaminasi di dalamnya.

"Masalah sterilitas air sering menjadi isu terjadinya infeksi pada janin," kata dr Sita Ayu Arumi, SpOG, dari RSU Bunda Menteng Jakarta.

Sampai saat ini pun belum ada dukungan dari Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) terhadap metode ini. Bahkan, POGI mengancam akan mencabut rekomendasi pendaftaran anggota (dokter kandungan) yang membantu metode ini.

"Bukti yang didapatkan masih belum cukup kuat, sehingga POGI di Indonesia tidak merekomendasikan metode ini," kata dr Hari Nugroho, SpOG, dari RSUD Dr Soetomo yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Baca juga: Studi Ini Sebut pada Kehamilan Berisiko Rendah, Water Birth Aman bagi Bayi(mrs/up)

Related Posts :

0 Response to "Meski Redakan Nyeri, Water Birth Tetap Tak Dianjurkan oleh Dokter"

Posting Komentar