Ini yang Terjadi pada Otak Saat Seseorang Mengalami Bencana Katastropik

Jakarta, Bencana katastropik bisa meninggalkan trauma bagi orang yang mengalaminya. Hal ini tak lepas dari perubahan pada otak yang terjadi akibat bencana psikososial katastropik.

Bencana psikososial katastropik berpotensi mengancam nyawa atau mengubah integritas seseorang. Misalnya saja bencana alam tsunami atau peristiwa pemerkosaan yang dialami wanita, demikian disampaikan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Psikiatri Dr dr Nurmiati Amir SpKJ(K).

Nah, ketika bencana katastropik terjadi, trauma bisa dialami seseorang. Hal ini tak lepas dari proses perubahan yang terjadi pada otak. Dijelaskan wanita yang akrab disapa dr Eti tersebut, di otak ada amigdala yang memvalidasi sebuah stres akibat bencana katastropik.

"Dia yang menangkap stres yang terjadi. Saat ada gempa misal, dia aktif lalu kita tanpa pikir langsung lari menyelamatkan nyawa tanpa mikir lagi barang-barang kita. Beda ketika putus cinta, ada pengaruh organ prefrontal sehingga kita masih bisa mikir 'ah nanti bisa cari pacar lagi' misalnya," kata dr Eti.

Hal itu ia sampaikan di sela-sela Temu Media 'Cegah Gangguan Jiwa Akibat Bencana Psikososial' di Cimandiri One, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (10/10/2016). Ketika amigdala teraktivasi, kemudian akan dikirim sinyal ke berbagai bagian otak misalnya saja ke batang otak sehingga terjadi peningkatan denyut jantung.

Tak hanya itu pembuluh darah perifer juga menciut sehingga wajah jadi pucat. Kemudian, amigdala juga mengirim sinyal ke pusat pengatur napas sehingga napas menjadi pendek ketika.

Baca juga: Faktor-faktor yang Perbesar Risiko Seseorang Alami PTSD Pasca Terjadi Bencana

"Kemudian, memori katastropik tersimpan di hipokampus dalam waktu sangat lama sehingga yang mengalami nggak gampang lupa dengan kejadian itu," kata dr Eti.

Hadir dalam kesempatan sama, dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ mengatakan bencana alam bisa meningkatkan risiko gangguan jiwa sebanyak 20 persen pada pengungsi. Untuk itu, ia menekankan pentingnya Psychological First Ais (PFA) dalam tanggap darurat bencana. Dikatakan dr Noriyu, begitu ia akrab disapa, PFA adalah dukungan psikososial lini pertama setelah terjadi peristiwa krisis.

Prinsip PFA, lanjutnya, bersifat alami, mendukung, mampu mendengarkan tanpa memaksa bicara, tidak sembarangan menyuruh korban menceritakan kembali peristiwanya, melakukan penilaian kebutuhan dan kekhawatiran, memastikan terpenuhinya kebuthan fisik dasar, menyediakan serta memobilisasi dukungan sososial, dan menyediakan info esensial.

"PFA membantu penyintas (korban bencana) mengurangi luka psikologis, mengembangkan fungsi adaptif dan mempercepat pemulihan psikologis. PFa juga tidak hanya memberi rasa aman dan tenang pada individu tapi komunitas di sekitar mereka dan membangun keterikatan serta memberi harapan," papar dr Noriyu.

Baca juga: Mengenal Konsep Psychological First Aid Saat Menghadapi Krisis(rdn/up)

Related Posts :

0 Response to "Ini yang Terjadi pada Otak Saat Seseorang Mengalami Bencana Katastropik"

Posting Komentar