Pada dasarnya kanker payudara memang menduduki peringkat teratas sebagai jenis kanker yang terjadi pada wanita dan juga menjadi kanker penyebab kematian terbesar pada gender yang sama.
Menurut data Globocan di tahun 2008, angkanya mencapai 528.927 kasus dengan jumlah kematian akibat kanker payudara berada di angka 193.497. Bila polanya tetap berlanjut, di tahun 2030 diprediksi jumlah kasus kanker payudara di dunia mencapai 818.220 kasus, dengan jumlah kematian 193.497 kasus.
Kendati demikian, tren kanker payudara ini tak lagi didominasi Barat. Dr Yoon Sim Yap dari National Cancer Centre Singapore mengatakan, terjadi peningkatan jumlah penyandang kanker payudara yang dramatis di Asia, terutama pada pasien muda (30-39 tahun).
Hal ini didasarkan pada hasil riset tren insiden kanker payudara berdasarkan kelompok umur di China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura dalam kurun tahun 1988-2008.
"Bisa Anda lihat, jumlah pasien muda kita jauh lebih tinggi dibanding US," kata Dr Yap di sela-sela acara Novartis Oncology 'Transforming the Way People Live with Cancer in Asia' di Novartis Institute for BioMedical Research, Shanghai, Selasa (18/10/2016).
Meski demikian, di data yang sama terlihat dalam kelompok umur lain, yaitu 40-49, 50-59 dan 60-70 tetap didominasi oleh AS. Namun fakta bahwa insidensi kanker payudara pada pasien muda atau yang belum mengalami menopause tidak dapat diabaikan begitu saja.
Ini artinya setiap orang, terutama wanita, bisa saja terserang kanker payudara. Tak peduli apakah memiliki faktor genetik atau lebih banyak terpapar faktor lingkungan. Sebab salah satu faktor utama kanker payudara konvensional merujuk pada terjadinya menopause. Bila menopause tidak lagi begitu relevan, maka risiko kanker payudaranya bisa jadi lebih besar, dan bisa dipicu oleh apapun juga.
Baca juga: Infografis: Fakta-fakta Seputar Kanker Payudara pada Pria
Salah satu aspek yang disoroti Dr Yap lainnya adalah perbedaan subtipe kanker payudara yang ditemukan di Asia. Seperti kita tahu, ada tiga subtipe kanker; luminal non-HER2, HER2+, dan triple negative. Di antara ketiganya, triple negative bisa jadi adalah subtipe kanker payudara yang terburuk.
"Kemudian kami melihat ada perbedaan subtipe kanker yang ditemukan pada Kaukasian dan Afro-Amerika. Ternyata pada Afro-American, subtipe triple negative-nya 20 persen lebih tinggi," urainya
Riset serupa lantas dilakukan Dr Yap di Singapura yang dikenal memiliki penduduk multietnis. Menariknya, Dr Yap menemukan bahwa distribusi kanker pada etnis Tionghoa berdasarkan subtipenya mirip-mirip dengan yang di Barat. Frekuensi kemunculan kasusnya pun tak jauh berbeda.
"Tapi untuk etnis Melayu, triple negative-nya bisa 25 persen lebih tinggi, begitu juga dengan etnis Indianya," lanjutnya.
Kendati begitu, masih ada perbedaan mencolok antara kanker payudara pada Kaukasian dengan Tionghoa. Dr Yap mengatakan ada satu subtipe kanker yang gambarannya berbeda pada Kaukasian dan Tionghoa, yaitu luminal non-HER2 yang memang diketahui sebagai subtipe kanker payudara paling umum.
Subtipe ini pun terbagi lagi menjadi luminal A dan luminal B. Luminal A dikenal tumbuh lebih lambat, tidak begitu agresif dan tingkat keberlangsungan hidup bisa lebih panjang karena responsif terhadap terapi anti-hormon, sedangkan luminal B cenderung lebih agresif dan pasien tidak dapat merespons terapi anti-hormon dengan baik sehingga berdampak pada keberlangsungan hidupnya.
"Dari perbandingan dengan pasien kanker payudara di Milan dan Oxford dengan di Shanghai, Taiwan dan Singapura, kami menemukan lebih banyak kasus luminal B, sehingga pasien di Asia bisa jadi butuh terapi yang lebih efektif," tandasnya.
Video: Kisah Nyata dari Salah Satu Sudut Kota Jakarta, Perempuan Muda Berjuang Melawan Kanker Payudara Stadium 4
Baca juga: Infografis: Pilihan Jenis Terapi Kanker Payudara(lll/up)
0 Response to "Dibanding di Barat, Kasus Kanker Payudara di Asia Lebih Tinggi"
Posting Komentar