Cuti Hingga Bonus, Aneka Hal yang Bisa Kurangi Risiko Depresi Karyawan

Jakarta, Tekanan yang besar karena pekerjaan bisa membuat karyawan stres dan berisiko mengalami depresi. Untuk menghindarinya, pakar mengatakan perusahaan bisa memberikan reward atau penghargaan kepada karyawan melalui bonus atau hadiah lain.

dr Andri, SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, mengatakan perusahaan yang hanya mengejar pencapaian tanpa memerhatikan kesehatan serta kesejahteraan karyawan berisiko tinggi membuat karyawan depresi. Jangan sampai depresi yang dialami karyawan berbuntut bunuh diri yang nantinya malah merugikan perusahaan itu sendiri.

"Nah, dengan memberi penghargaan, misalnya dengan lemburnya dibayar atau diberi bonus, akan membuat karyawan lebih termotivasi bekerja dan merasa dihargai. Jadinya dia nggak gampang kecewa yang jika ditambah tekanan bisa menyebabkan depresi," tutur dr Andri, kepada detikHealth, baru-baru ini.

Baca juga: Sering Lemas dan Produktivitas Kerja Menurun? Bisa Jadi Tanda Depresi

Dikatakan dr Andri, cara pertama untuk menghilangkan stres karena tekanan pekerjaan adalah dengan mengambil cuti. Cuti bisa digunakan untuk pergi liburan atau istirahat di rumah bersama keluarga.

Pendapat dr Andri senada dengan survei kecil-kecilan yang dilakukan akun twitter @detikHealth. Survei dilakukan pada Rabu (12/10/2016) hingga Kamis (13/10/2016). Pembaca diminta untuk memilih apa yang mereka lakukan ketika mengalami stres akibat tekanan pekerjaan.

Hasil survei menunjukkan 62 persen responden memilih cuti dan pergi berlibur. Sementara itu, 29 persen responden memilih cuti dan istirahat di rumah. Di sisi lain, 9 persen responden memilih untuk pindah kerja ke tempat lain.

Kesehatan mental pekerja kantoran menjadi perhatian setelah seorang karyawati cantik di Jepang bunuh diri diduga karena terlalu sering lembur. Beban kerja yang ekstrem dan tekanan yang besar dari perusahaan membuat karyawati ini mengakhiri hidup di usia yang masih 24 tahun.

Kasus ini menarik karena Matsuri Takahashi, nama karyawati tersebut, hanyalah pekerja kantoran biasa yang tidak mencolok. Bahkan berdasarkan laporan dari Japan Times, Matsuri baru bekerja selama 6 bulan di Dentsu Inc, sebuah perusahaan periklanan besar di Jepang.

Yang menjadi catatan adalah lamanya waktu lembur yang dilakukan Matsuri. Dalam satu bulan, waktu lembur Matsuri mencapai 70 jam. Bahkan sebulan sebelum ia meninggal, waktu lemburnya mencapai 105 jam, jauh lebih lama dari batas yang ditetapkan oleh perjanjian kerja dengan manajemen.

Baca juga: 62 Persen Karyawan Pilih Cuti dan Liburan Ketika Stres karena Pekerjaan(mrs/vit)

Related Posts :

0 Response to "Cuti Hingga Bonus, Aneka Hal yang Bisa Kurangi Risiko Depresi Karyawan"

Posting Komentar