Cegah Ketulian, Kenali Faktor Risiko Pada Bayi Baru Lahir

Jakarta, Ketulian yang terjadi sejak masa bayi akan menyebabkan gangguan perkembangan mendengar dan bicara yang mengakibatkan anak kesulitan berkomunikasi. Hal ini tentunya akan berdampak besar bagi kelanjutan masa depan anak.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia menduduki peringkat ke-5 tertinggi angka ketulian di dunia. Data dari mancanegara melaporkan bahwa 1-6 dari 1000 bayi mengalami tuli sejak lahir.

"Skrining pendengaran pada bayi baru lahir dapat membantu mencegah ketulian sejak dari awal," kata DR. dr. Ronny Suwento, Sp.THT-KL (K), dari Divisi THT Komunitas FKUI RSCM pada acara Press Meeting World Hearing Day 2018 di Jakarta Pusat, Senin (26/2/2018).

Risiko ketulian akan meningkat akibat prematuritas, dan American Academy of Pediatric (AAP) mendeteksi ada 2-3 persen bayi berpotensi akan hal tersebut. Angka prematuritas di Indonesia adalah sekitar 15 persen dari seluruh kelahiran hidup, yaitu sebanyak 675.500 kelahiran.

"Bayi yang tidak diskrining sejak dini mempunyai risiko drop out lebih besar," imbuh dr Ronny. "Kita harus memastikan generasi penerus kita dapat mendengar dan berbicara dengan baik agar menjadi SDM Indonesia yang berkualitas".

Identifikasi dan intervensi sejak awal dapat mencegah gangguan psikososial, bicara dan bahasa, serta edukasi. Berikut adalah faktor risiko ketulian pada bayi baru lahir.

1. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sejak lahir
2. Infeksi virus TORCHS (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simpleks)
3. Kelainan anatomi kepala dan wajah
4. Berat lahir rendah, kurang dari 2500 gram
5. Bayi kuning atau hiperbilirubinemia
6. Penggunaan obat yang bisa menyebabkan ketulian, misalnya obat ototoksik
7. Meningitis
8. Apgar skor rendah: 0-1 (1 menit) atau 0-6 (5 menit)
9. Riwayat penggunaan ventilator lebih dari 5 hari
10. Sindrom tertentu yang salah satu gejalanya adalah gangguan pendengaran(fds/fds)

0 Response to "Cegah Ketulian, Kenali Faktor Risiko Pada Bayi Baru Lahir"

Posting Komentar