Prof. Hardiansyah dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB yang memaparkan temuan ini mengatakan Toyama membandingkan aktivitas makan pasien lansia di rumah sakit Jepang. Sebelumnya pasien diberi bubur nasi tanpa MSG. Setelah itu diberi bubur nasi dengan tambahan MSG 0,5% selama 3 bulan.
"Sebelumnya terlihat pasien tidak nafsu makan bubur nasi yang tidak diberikan MSG. Saat diberikan kombinasi MSG selera makan pasien tergugah. Tadinya makan nggak habis jadi habis," kata Prof. Hardiansyah di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2018).
![]() |
Setelah dilakukan percobaan selama 3 bulan, parameter kesehatan pasien lansia diukur dan dianalisis.
"Yang signifikan berubah komponen imunitas dan sel darah putih semakin membaik hal itu dari glutamat dan protein yang dia asup," sambung Prof. Hardiansyah.
Penelitian itu membuktikan MSG mampu meningkatkan asupan makan sehingga kebutuhan gizinya lebih baik dan menunjang proses kesembuhan. Kendati demikian, Prof. Hardiansyah menyebut penambahan MSG ini tidak perlu ditambahkan untuk pasien dengan berat badan berlebih.
"Tambahan MSG tidak cocok untuk pasien gemuk. Masalahnya akan bertambah nafsu makan. Ini khusus pasien gangguan nafsu makan," tutup dia.
Direktur Standardisasi Produk pangan BPOM Tetty Sihombing, menyebutkan MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat berupa serbuk kristal berwarna putih dengan sifat tidak berbau, mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam alkohol, serta rasa agak manis atau asin. MSG diproduksi melalui proses fermentasi alami yang menggunakan molasses dari gula tebu atau gula bit.
Nilai Acceptable Daily Intake (ADI) MSG tidak dinyatakan (not specified) artinya aman dikonsumsi. Sesuai Permenkes RI No 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, MSG dapat digunakan para berbagai jenis pangan dalam jumlah secukupnya.
(nwy/up)
0 Response to "Ini yang Terjadi saat MSG Ditambahkan pada Makanan Pasien Lansia"
Posting Komentar