"Obat biosimilar merupakan obat biologik yang berasal dari mahluk hidup yang berupa protein, jaringan dan sel. Efeknya secara umum juga masih kecil," kata Sie Djohan, Direktur Pengembangan Bisnis PT. Kalbe Farma Tbk, ditemui pada saat media workshop di kantor PT Kalbio Global Medika, Cikarang, baru-baru ini.
Tren obat biosimilar mulai berkembang sejak 10 tahun yang lalu. Berbeda dengan obat sintetis pada umumnya, obat biosimilar dikembangkan secara lebih personal berdasarkan kondisi individual tiap pasien.
"Artinya, tiap orang akan diperiksa dulu gen apa yang dirusak oleh penyakitnya, penyebabnya apa lalu obatnya bisa disesuaikan dengan target kerusakan. Jangan sampai seperti yang banyak terjadi saat ini, individu tidak cocok dengan obatnya yang telah dikonsumsi," kata Djohan.
Baca juga: Fasilitas Riset Medis Indonesia Dibangun di Salemba, Beroperasi 2017
Contoh obat biosimilar yang kini tengah dikembangkan adalah Erythropetin (EPO) untuk memicu produksi eritrosit atau sel darah merah. PT Kalbe Farma, melalui PT Kalbio Global Medika juga mengembangkan biosimilar GCSF (granulocyte colony stimulating factor) untuk merangsang produksi sel darah putih pada kemoterapi.
Keberadaan obat biosimilar diharapkan bisa melengkapi obat-obat yang ada saat ini, mengingat belum semua penyakit ada obatnya. Misalnya untuk penyakit-penyakit autoimun dan beberapa jenis kanker.
Baca juga: Ilmuwan Klaim Bisa Hilangkan Ketakutan dengan 'Mengotak-atik' Otak (up/up)
0 Response to "Obat Biosimilar Diklaim Minim Efek Samping"
Posting Komentar