Mudah Percaya Hoax? Mungkin Ini Gara-garanya

Jakarta, Ketika bertemu teman-teman lama, Anda mungkin akan bertukar cerita tentang masa lalu. Salah seorang teman akan melontarkan kisah kenakalan Anda, seperti saat mengerjai guru. Tetapi Anda justru tak ingat apa-apa.

Sebuah riset yang dilakukan University of Warwick mengungkap, ini bukanlah fenomena langka. Banyak orang yang mengalaminya, tetapi faktanya, bisa jadi apa yang diceritakan kepada Anda mungkin tak pernah terjadi.

Hanya saja 53 persen orang cenderung percaya jika mereka pernah mengalaminya, bahkan berulang kali membayangkan kejadian tersebut seolah-olah benar adanya.

Hal ini dipastikan Dr Kimberley Wade dan timnya dengan melakukan percobaan terhadap 423 partisipan. Pertama-tama, peneliti mencoba 'menanamkan' ingatan palsu (yang tidak berbahaya) kepada partisipan seperti naik balon udara semasa kecil, mengerjai guru atau membuat keonaran di resepsi pernikahan kerabat.

Mereka berkisah kepada partisipan, seolah-olah hal itu benar-benar terjadi. Dan secara mengejutkan, 30 persen partisipan mengaku 'ingat' dengan kejadian tersebut. Bahkan beberapa di antaranya bisa mengelaborasi cerita itu serta menjelaskan detailnya.

Sebanyak 23 persen partisipan lainnya hanya semata menganggap cerita itu benar, tetapi tidak sepenuhnya percaya.

Akan tetapi ketika partisipan diperlihatkan beberapa foto yang diklaim berkaitan dengan kisah mereka, maka peluang mereka untuk mempercayai kisah yang diceritakan itu menjadi berkurang. "Nampaknya foto-foto tersebut menghambat munculnya imajinasi ketika mereka berupaya mengingat kejadian tersebut, sehingga memori yang diinginkan tidak terbentuk," duga peneliti.

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Seseorang Tak Bisa Mengingat Waktu Masih Bayi

Studi ini membuktikan bahwa mengingat sesuatu bukanlah proses yang sederhana, tetapi justru rumit. Dan proses ini dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari imajinasi, kepercayaan, konteks sosial, bahkan sugesti dari orang lain.

"Di satu sisi ini menunjukkan fleksibelnya sistem memori kita, tetapi ini juga bisa berakibat pada pembentukan memori yang sebenarnya tak pernah terjadi," ungkap Wade seperti dilaporkan Medical News Today.

Menurut peneliti, ini tak bisa dianggap remeh karena dapat mempengaruhi perilaku, sikap dan pendirian seseorang, apalagi jika mereka harus menghadapi hal penting seperti memberikan kesaksian di depan pengadilan atau menjalani terapi psikologis.

"Karena kondisi ini, kita akan kesulitan untuk mempercayai pernyataan seseorang atau menentukan secara obyektif terkait kebenarannya, hanya dengan bermodal ingatannya saja," tandas Wade.

Baca juga: Ingin Cepat Melupakan Sesuatu? Ini Cara yang Disarankan Peneliti(lll/up)

Related Posts :

0 Response to "Mudah Percaya Hoax? Mungkin Ini Gara-garanya"

Posting Komentar