Setidaknya, itulah yang dihadapi Puskesmas Kopo, Kota Bandung sekitar tahun 2011. Di Kecamatan Bojongloa Kidul yang merupakan wilayah kerja puskesmas tersebut, tercatat ada 14 dukun beranak yang aktif melayani pasien.
"Kehamilan berisiko tinggi, mereka terima juga. Bahkan kehamilan kembar," kata dr Intan FA, Kepala Puskesmas Kopo kepada wartawan, saat ditemui di tempat kerjanya baru-baru ini.
Padahal menurut dr Intan, tarif dukun beranak di wilayah tersebut tidak bisa dibilang murah yakni sekitar Rp 1 juta. Bandingkan dengan persalinan di puskesmas atau rumah sakit, yang ketika itu gratis karena ditanggung oleh program Jampersal (Jaminan Persalinan).
Meninggalnya seorang ibu hamil dengan riwayat preeklampsia pada Januari 2011 membuat para dokter di Puskesmas Kopo tergerak untuk melakukan sesuatu. Ibu tersebut meninggal di rumah sakit setelah dukun beranak gagal membantu persalinan berisiko tinggi tersebut. Padahal, sebelumnya sudah dirujuk ke rumah sakit.
Baca juga: Dulu di Dukun, Kini 60 Persen Warga Kabupaten Ini Melahirkan di Puskesmas
Berbagai pendekatan dilakukan, antara lain dengan mengaktifkan RW (Rukun Warga) siaga. Pengurus RW wajib mendata ibu hamil di wilayahnya, dan membujuknya untuk periksa ke layanan medis agar adanya risiko tinggi bisa terdeteksi sejak awal dan bisa diantisipasi.
Berbagai inisiatif tersebut didukung juga dengan program pengurusan akta kelahiran secara gratis di Kelurahan Cibaduyut. Program tersebut mensyaratkan persalinan harus dilakukan di layanan medis, dan disertai surat pernyataan untuk memeriksakan anak yang lahir tersebut ke puskesmas secara teratur.
"Sejak Januari 2015 sudah ada 253 akta kelahiran yang dibantu secara gratis," tutur dr Intan.
Perlahan, Puskesmas Kopo berhasil merebut hati para ibu hamil. Popularitas dukun beranak dengan sendirinya tenggelam, dan tercatat saat ini tinggal 2 dukun yang masih aktif melayani pasien. Jika pada 2011 tercatat ada 108 ibu hamil yang diperiksa dukun beranak, pada 2015 jumlahnya tinggal 10 ibu hamil.
Sementara itu, angka kematian ibu di Kota Bandung secara keseluruhan juga mengalami penurunan. Tahun 2014 tercatat masih ada 30 kasus ibu meninggal, tahun 2015 tercatat turun menjadi 26 kasus.
"Untuk 2016, hingga bulan Oktober tercatat 14 kasus ibu meninggal. Harapannya tidak bertambah lagi," kata dr Exenveny L, MKes, Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Baca juga: Kisah Mama Aran dan Potret Buram Pelayanan Ibu Melahirkan di NTT (up/vit)
0 Response to "Kerja Keras Puskesmas Kopo 'Berebut' Pasien dengan Dukun Beranak"
Posting Komentar