Kisah Pria yang Didiagnosa dengan Penyakit Tertawa

Jakarta, Carmarthenshire - Paul Pugh dari Carmarthenshire, Wales, pada Januari 2007 lalu sedang bersantai di bar sebelum ia tiba-tiba diserang secara brutal oleh empat orang tidak dikenal. Akibat kejadian itu kepalanya mengalami cedera parah dan Paul pun jatuh koma selama dua bulan.

Dokter melihat tengkorak Paul saat itu remuk ditambah terbentuknya gumpalan darah berukuran 10 cm x 4 cm yang merusak otak. Dampaknya ketika siuman Paul jadi tidak bisa berbicara lancar, mengalami kelelahan kronis, dan kesulitan bergerak.

Baca juga: Bocah-bocah yang Tak Bisa Berhenti Tertawa karena Sindrom Langka

"Saya harus belajar berjalan dan berbicara lagi dan menerima kenyataan bahwa saya mungkin tidak akan benar-benar pulih," kata Paul seperti dikutip dari BBC, Jumat (13/10/2017).

Bila hal itu saja tidak cukup menjadi ujian bagi Paul, kejadian aneh mulai muncul di bulan keempat dirinya dirawat di rumah sakit. Ketika sedang berdiskusi dengan dokter tentang prognosisnya, Paul tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak.

"Waktu itu sedang pertemuan serius antara konsultan, terapis rehabilitasi, dan keluarga untuk membicarakan masa depan saya. Ketika mereka mulai membicarakan saya, saya sangat ketakutan dan seperti ada sesuatu terpicu di otak yang membuat saya tertawa sepanjang pertemuan," kata Paul.

"Saya sebenarnya sedang menangis, tapi entah kenapa yang keluar malah tawa," lanjutnya.

Butuh waktu beberapa tahun bagi tim dokter untuk mengetahui apa yang terjadi pada Paul. Ternyata dirinya tak bisa berhenti tertawa karena mengidap kondisi langka penyakit tertawa Pseudobulbar Affect (PBA).

Hal ini terjadi ketika lobus frontal otak yang mengatur emosi koneksinya terganggu dengan otak kecil dan batang otak yang mengatur ekspresi emosi. PBA diketahui bisa memengaruhi orang-orang dengan cedera saraf otak seperti pasien stroke, multiple sclerosis, atau Alzheimer.

"PBA merujuk pada ekspresi emosi tidak terkontrol yang tidak sesuai atau bertentangan dengan konteks sosial dan mungkin juga apa yang orang itu sendiri rasakan," kata ahli saraf Andy Tyerman dari Headway.

Seperti kondisi cedera saraf lainnya, PBA kemungkinan tidak bisa disembuhkan total. Bagi Paul hal ini bisa sangat mengganggunya terutama ketika ia ingin bersosialisasi dengan orang lain.

"Beberapa orang ada yang merasa tersinggung dan bereaksi sarkastik dengan saya. Ada juga yang jadi agresif mencoba melukai perasaan saya karena dalam pikirannya saya sedang menertawai mereka," pungkas Paul.

Baca juga: Kelainan Gen Sehingga Tidak Bisa Merasa Kenyang, Remaja 14 Tahun Obesitas(mrs/mrs)

Related Posts :

0 Response to "Kisah Pria yang Didiagnosa dengan Penyakit Tertawa"

Posting Komentar