Berbicara kepada wartawan, Mulyadi, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Daya, mengatakan proses eliminasi malaria di Aceh Barat Daya memakan waktu 4 tahun. Ada beragam penyebab mengapa malaria sempat sulit dieliminasi, salah satunya adalah tingginya kasus malaria impor dari daerah tetangga.
"Kebetulan tetangga kita itu Aceh Selatan dan Aceh Jaya ada tambang emas. Banyak penduduk kita yang bekerja di sana, kena malaria, lalu dia pulang dan berpotensi menularkan ke penduduk lainnya," tutur Mulyadi, ditemui di Kantor Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (14/11/2016).
Baca juga: Parasit Malaria Makin Kebal, Peneliti Inggris Temukan Kandidat Obat Baru
Mulyadi memaparkan bahwa angka kasus malaria di Aceh Barat Daya selalu berada di atas 100 kasus sejak tahun 2010. Pada tahun 2013, angka kasus mencapai 145. Namun angka ini turun drastis menjadi 38 pada tahun 2014 dan 21 pada tahun 2015.
"Sejak tahun 2013 itu tidak pernah ada lagi kasus malaria lokal. Semuanya impor dari daerah tetangga. Makanya kami bisa mendapat penghargaan eliminasi malaria," tambahnya.
Mansuri, pengelola program malaria di Dinkes Kabupaten Aceh Barat Daya mengatakan secara letak geografis, Aceh Barat Daya merupakan wilayah dataran rendah yang rentan terhadap penyakit infeksi bersumber nyamuk. Namun dengan pencegahan yang masif, risiko penularan penyakit melalui nyamuk bisa sangat berkurang.
Seperti sudah dijelaskan di atas, seluruh kasus malaria yang terjadi di Kabupaten Aceh Barat Daya terjadi di daerah tetangga. Ketika pasien pulang ke rumahnya setelah sakit, tim dari dinas kesehatan akan memantau aktif perkembangan pasien.
Pasien akan diawasi selama 3 hari berturut-turut untuk minum obat. Setelah itu, tim akan kembali pada hari ke-15 untuk mengecek apakah kondisi pasien sudah membaik. Proses ini berlangsung selama 3 bulan, di mana setelah 3 bulan pasien diambil darah untuk dicek apakah masih ada sisa parasit malaria di dalam tubuhnya.
"Kami pantau setiap warga yang pulang dari tambang. Kalau tidak sakit, ya kita beri penyuluhan untuk ke depannya. Kalau sakit kita pantau terus sampai 3 bulan sampai sembuh," ungkapnya lagi.
Satu cerita menarik soal kondisi masyarakat Aceh Barat Daya adalah masih kurangnya pemahaman soal pengambilan darah untuk pemeriksaan kesehatan. Mansuri mengatakan masyarakat enggan jika diminta untuk cek darah, namun sangat antusias jika dibagikan kelambu sebagai proses pencegahan.
"Tahun lalu kita seribu kelambu lebih dibagikan. Warga antusias kalau dapat kelambu tapi nggak mau cek darah. Akhirnya preventif kita dengan penyemprotan, pembasmian sarang nyamuk dan pemusnahan jentik," tutupnya.
Baca juga: Menyusul Maladewa, Sri Lanka Raih Sertifikat Bebas Malaria dari WHO(mrs/vit)
0 Response to "Sukses Eliminasi Malaria, Begini Cerita Dinkes Kabupaten Aceh Barat Daya"
Posting Komentar