Malingering atau Pura-Pura Sakit, Perlukah Perawatan Medis?

Jakarta, Kamis malam tersangka kasus e-KTP, Setya Novanto mengalami kecelakaan. Warganet menilai kejadian tersebut dibuat-buat agar Setnov terhindar dari jeratan hukum. Nah ketika seseorang berpura-pura sakit atau malingering, perlukah mendapat perawatan medis?

Dikutip dari psikosomatik.net, dr Andri, SpKJ, FAPM menyebut bahwa pura-pura sakit atau malingering bukanlah sebagai gangguan jiwa. Namun orang dengan kondisi malingering keluhannya kerap berlebihan dan tidak sesuai dengan yang biasa dikeluhkan pasien pada umumnya.

"Mereka juga sering kali menyatakan ketidaksetujuan jika dianggap keluhannya tersebut tidak sesuai anatomis fisiologis yang dipahami dalam dunia kedokteran. Jika diberikan obat pun terkadang orang yang malingering menunjukkan respon yang tidak sesuai," tulis psikiater dari Klinik Psikosomatik Omni Hospitals Alam Sutera tersebut.

Lebih lanjut dr Andri menerangkan, pada pemeriksaan status kejiwaan, bisa dijumpai sikap pasien terhadap dokter seringkali tidak jelas atau mengelak, serta suasana hati mungkin mudah tersinggung atau bermusuhan. Selain itu, isi pikir pun ditandai dengan sibuk merujuk terus menerus atau 'keasyikan' dengan penyakit yang diklaim atau cedera.

Baca juga: Pura-pura Sakit, Termasuk Gangguan Jiwa atau Bukan?

"Meskipun neuroimaging tidak dapat digunakan untuk penilaian diagnostik, subjek yang diinstruksikan untuk melakukan dengan sengaja pada tes kognitif seolah-olah mereka menderita cedera otak akibat gangguan memori, menunjukkan aktivasi yang lebih besar pada korteks prefrontal superior dan medial saat berpura-pura cedera dibandingkan dengan kinerja optimal," jelas dr Andri.

"Pola spasial mengisyaratkan bahwa otak yang melakukan malingering harus berusaha lebih keras untuk mengingat jawaban yang benar dan untuk menekannya. Ini tentunya harus dikonfirmasi oleh dokter saraf dan dokter radiologi yang kompeten," imbuhnya lagi.

Mengenai perawatan medis untuk orang malingering, menurut dr Andri adalah dengan mengatakan bahwa temuan objektif tidak memenuhi kriteria diagnosis dokter untuk diagnosis medis. Biarkan orang yang sedang malingering tersebut memiliki kesempatan untuk 'menyelamatkan muka'.

"Sebagai alternatif, dokter mungkin memberi tahu orang yang malingering itu bahwa mereka diharuskan menjalani tes invasif dan perawatan yang tidak nyaman," terangnya.

dr Andri menegaskan, orang yang malingering hampir tidak pernah menerima rujukan kejiwaan. Oleh karena itu, perlu ketegasan dokter dan upaya dari pihak medis tanpa dicampuri oleh pihak lain dalam menangani kasus malingering.

Baca juga: Ini Ciri Malingering, Orang yang Pura-pura Sakit(hrn/up)

0 Response to "Malingering atau Pura-Pura Sakit, Perlukah Perawatan Medis?"

Posting Komentar