Dari Skrining 1.300 Siswa SMA di Jaksel, 30 Persen Berpotensi Depresi

Jakarta, Tak hanya orang dewasa, depresi juga berpotensi terjadi pada remaja. Termasuk remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berasal dari berbagai kalangan dan memiliki prestasi berbeda.

Awal tahun ini, dilakukan skrining Kesehatan Jiwa Remaja di Sekolah terhadap 1.300 siswa kelas 1 dan 2 SMA di Jakarta Selatan. Skrining ini dilakukan atas kerja sama Direktorat P2MKJN (Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA) Kemenkes RI dan dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ dari Bidang Publikasi, Kemitraan, dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI).

dr Nova atau akrab disapa dr Noriyu mengungkapkan untuk skirining ini digunakan alat skrining berupa Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) dan Children's Depression Inventory (CDI). Kegiatan ini dilakukan karena Jakarta sebagai wilayah urban menjadi titik temu berbagai budaya.

"Berdasarkan skrining dengan CDI, 30 persen siswa berpotensi depresi. Ini baru berpotensi lho ya, belum terdiagnosis," kata dr Noriyu usai temu media 'Cegah Gangguan Jiwa Akibat Bencana Psikososial' di Cimandiri One, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (10/10/2016).

Selain itu, diketahui bahwa lebih dari 10 persen siswa mengalami gangguan emosional. Pada remaja yang berprestasi, gangguan emosional di antaranya dipicu oleh teman lain yang bolos sekolah, kerap disebut 'Makan Teman' ketika mengumpulkan tugas, dan perasaan tidak nyaman lainnya.

Dalam wawancara yang dilakukan, dr Noriyu menyebut bahwa si remaja merasa serba salah. Sementara, pada remaja dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, problem gangguan emosional yang dialami kebanyakan terkait dengan peer group mereka.

Baca juga: Remaja Browsing Lima Jam Lebih dalam Sehari? Mungkin Gejala Depresi

Nah, hasil skrining ini sudah diinfokan ke pihak sekolah terkait. Untuk itu, dr Noriyu dan tim berharap ada kebijakan terkait kesehatan jiwa remaja, misalnya saja ada pelatihan Psychological First Aid (PFA) untuk guru.

"Dari skirining ini kan kita tampilkan emergency, apakah next Kemenkes akan membuat MoU dengan Kemendikbud supaya Kemenkes lebih mudah masuk ke ranah pendidikan. Ketika ada MoU misalnya, kan ada program yang lebih resmi," tutur dr Noriyu.

dr Noriyu menekankan pentingnya mencari pendekatan yang cocok untuk tiap sekolah. Misalnya, anak bisa dilatih untuk tangguh meskipun memang kepekaan orang tua juga penting. Tetapi, dalam melakukan hal itu mesti dilihat juga bagaimana kondisi ekonomi si siswa.

"Jadi ada pendekatan ke ortu dan diharapkan agar ada keterlibatan mereka yang lebih. Atau, ortu yang penting tahu tapi di sekolah ada upaya yang dibuat. Pada prinsipnya, upaya promotif dan preventif dilakukan di keluarga juga sekolah," kata dr Noriyu.

Skrining ini pun akan tetap berlanjut dan saat ini, dikatakan dr Noriyu tengah dilakukan proses penggalian data-data.

Baca juga: Fakta-fakta yang Harus Anda Ketahui Soal Depresi Remaja

(rdn/up)

Related Posts :

0 Response to "Dari Skrining 1.300 Siswa SMA di Jaksel, 30 Persen Berpotensi Depresi"

Posting Komentar